BREAKING NEWS
Sabtu, 23 Agustus 2025

Ketua Dewan Pers Ajak Pemerintah dan DPR Terbuka pada Kritik Media: Jangan Alergi

Paul Antonio Hutapea - Kamis, 21 Agustus 2025 20:24 WIB
Ketua Dewan Pers Ajak Pemerintah dan DPR Terbuka pada Kritik Media: Jangan Alergi
Kantor Dewan Pers di Jakarta. (foto: Raman Krisna/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA – Ketua Dewan Pers, Komarudin Hidayat, mengimbau agar pemerintah dan DPR tidak bersikap alergi terhadap kritik yang disampaikan masyarakat melalui media massa.

Menurutnya, selama kritik tersebut proporsional dan didasarkan pada data yang akurat, media justru berperan penting dalam menjaga kualitas demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang sehat.

Hal itu disampaikannya dalam acara bertajuk "Integritas Media Massa di Tengah Maraknya Mis/Disinformasi" di Auditorium Jusuf Ronodipuro, Gedung RRI Jakarta, pada Kamis (21/8/2025).

Baca Juga:

"Pemerintah jangan curiga dan alergi pada kritik masyarakat lewat pers, tapi pers juga hendaknya mengkritik secara proporsional, berdasarkan data dan fakta, jangan provokatif," ujar Komarudin.

Ia mengingatkan bahwa media yang menyebarkan informasi keliru atau hoaks lambat laun akan kehilangan kepercayaan publik.

Baca Juga:

Sebaliknya, media yang menjaga integritas dan menyajikan informasi akurat akan tetap menjadi rujukan utama masyarakat di tengah derasnya arus informasi dari media sosial.

"Kalau sampai media mainstream itu ditinggalkan, pemerintah juga bisa rugi karena informasi akan didominasi oleh media sosial yang belum tentu valid," imbuhnya.

Dalam forum yang sama, Isya Hanum Kresnadi, Gov Affairs & Public Policy Manager Google Indonesia, menjelaskan bahwa Google telah mengembangkan teknologi penyaring informasi untuk membantu masyarakat Indonesia memperoleh informasi yang relevan dan terpercaya.

"Kami terus berupaya memerangi misinformasi dan disinformasi, bukan hanya lewat Google Search atau YouTube, tapi juga dengan berkolaborasi bersama pemerintah," ujarnya.

Sementara itu, Rosiana Eko, Manajer Riset dari BBC Media Action, memaparkan hasil survei nasional yang dilakukan terhadap lebih dari 5.000 responden.

Hasilnya menunjukkan bahwa anak muda perkotaan sangat rentan terhadap misinformasi, terutama terkait isu-isu ekonomi seperti kenaikan harga dan penipuan finansial.

"Disinformasi berdampak nyata pada pengambilan keputusan masyarakat, mulai dari skema 'buy now pay later' hingga judi online," kata Rosiana.

Dari pihak pemerintah, Mediodecci Lustarini, Sekretaris Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (Komdigi), mengakui bahwa penyebaran hoaks kini telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.

Ia menyebut bahwa sekitar 50% pengguna internet di Indonesia terpapar hoaks, sementara hanya 20-30% yang mampu membedakannya.

"Fenomena hoaks ini sudah berlangsung sejak lama dan terus berkembang, kini bahkan dalam bentuk video deepfake yang memanfaatkan teknologi AI," ujarnya.

Sebagai respons, Kominfo tengah menyusun peta jalan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk memastikan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab dan sesuai etika digital.

"Kami sedang menggarap roadmap AI agar masyarakat memiliki pedoman dalam menggunakan dan menyaring informasi dari teknologi ini," tegasnya.

Acara ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara media, pemerintah, dan platform digital dalam menjaga ruang publik yang sehat, kredibel, dan produktif.*

(bi/a008)

Editor
: Justin Nova
Tags
beritaTerkait
SDM Minim, Tantangan Percepatan Pembentukan TTIS di 24 Daerah Sumut
Kemenko Polkam Dorong Sumut Percepat Pembentukan Tim Tanggap Insiden Siber
Perkuat Keamanan Digital, Pemprov Sumut Genjot Pembentukan Tim Tanggap Insiden Siber di Seluruh Daerah Tahun Ini
Incognito vs VPN: Kenali Perbedaannya Sebelum Menjelajah Dunia Maya
SMSI Padangsidimpuan Gencarkan Literasi Jurnalistik Sehat di Sekolah
Kasus Ijazah Jokowi, 3 Tokoh Media Diperiksa Polisi, Roy Suryo Cs Sebut Ancaman ke Kebebasan Pers
komentar
beritaTerbaru