BITVONLINE.COM –Vatikan, negara terkecil di dunia yang terletak di jantung kota Roma, Italia, mungkin memiliki luas hanya sekitar 44 hektar dan populasi kurang dari seribu orang, namun kekuatan ekonomi dan investasi negara ini patut diperhitungkan. Dipimpin oleh Paus Fransiskus, Vatikan bukan hanya pusat Gereja Katolik sedunia tetapi juga dikenal sebagai salah satu negara terkaya di dunia. Meski tidak menyandang gelar sebagai negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar, pendapatan per kapita di Vatikan menunjukkan angka yang mengesankan.
Menurut laporan terbaru dari Investopedia, Selasa (3/9/2024), Vatikan dikelola oleh Holy See atau Takhta Suci, yang memegang kendali atas berbagai sumber pendapatan negara. Sumber utama pendapatan Vatikan mencakup sumbangan umat Katolik dari seluruh dunia, yang dikenal dengan nama Peter’s Pence, serta hasil investasi dari berbagai sektor dan perusahaan.
Takhta Suci secara historis berinvestasi dalam berbagai bentuk, dengan fokus utama pada industri-industri di Italia. Mereka menyebar portofolio investasinya antara saham dan obligasi dan membatasi kepemilikan pada perusahaan-perusahaan hingga kurang dari 6%. Strategi investasi Vatikan cenderung konservatif, memilih perusahaan-perusahaan yang telah terbukti stabil dalam industri-industri yang kuat, dan sangat membatasi investasi di negara-negara berkembang.
Salah satu karakteristik penting dari strategi investasi Takhta Suci adalah keterbatasan investasi pada sektor-sektor yang bertentangan dengan ajaran gereja. Misalnya, Takhta Suci tidak akan berinvestasi pada perusahaan-perusahaan farmasi yang memproduksi alat kontrasepsi. Pendekatan ini mencerminkan strategi investasi berbasis agama yang selaras dengan nilai-nilai gereja.
Laporan dari Journal of Economics University of Michigan mengungkapkan bahwa Vatikan diperkirakan sebagai negara terkaya ke-18 di dunia berdasarkan pendapatan per kapita. Meskipun Produk Domestik Bruto (PDB) negara ini relatif kecil jika dibandingkan dengan banyak negara lain, pendapatan per kapita di Vatikan mencapai sekitar US$ 21.198 atau Rp 329,12 juta (kurs Rp 15.526/dolar AS). Angka ini jauh melampaui PDB per kapita Indonesia yang diperkirakan antara US$ 5.300 hingga US$ 5.400 pada tahun 2024.
Pendapatan tinggi per kapita ini didukung oleh jumlah penduduk yang sangat kecil, di mana setiap individu yang tinggal di Vatikan dipekerjakan oleh Takhta Suci dan tidak menghadapi kemiskinan nasional. Meski begitu, ketergantungan Vatikan pada sektor pariwisata membuat ekonominya rentan terhadap fluktuasi global. Selama pandemi COVID-19, ketika sektor pariwisata global mengalami penurunan tajam, Vatikan tidak luput dari dampak negatif. Penjualan tiket wisata Vatikan turun hingga 75%, yang diperkirakan mengakibatkan kehilangan pendapatan sebesar US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,55 triliun. Akibatnya, Takhta Suci terpaksa melakukan pemotongan gaji sebesar 10% untuk para pekerja sebagai langkah penyesuaian.
Dengan sektor pariwisata yang kini mulai pulih dan strategi investasi yang terus beradaptasi dengan kondisi global, Vatikan tetap menjadi entitas yang menarik untuk diamati, baik dari segi ekonomi maupun kebijakan investasi. Negara kecil ini, meskipun terjaga ketat dalam aspek-aspek tertentu, terus memainkan peran besar dalam arena global, baik sebagai pusat spiritual maupun sebagai entitas ekonomi yang solid.
(N/014)
Vatikan: Negara Terkecil Dengan Ekonomi Mengesankan dan Investasi Konservatif