BREAKING NEWS
Selasa, 10 Juni 2025

Lawan Penggusuran: Suara Punk dari Reruntuhan Kota

Redaksi - Sabtu, 07 Juni 2025 19:06 WIB
1.136 view
Lawan Penggusuran: Suara Punk dari Reruntuhan Kota
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Penulis : Shohibul Anshor Siregar

Di bawah langit yang terus dipenuhi bayangan crane dan deru mesin bor, para penghuni kota yang tak dianggap dipaksa minggir, digusur, dilupakan. Mereka tidak punya surat hak milik, katanya.

Baca Juga:

Mereka hanya punya sejarah tinggal, akar komunitas, dan pengabdian panjang pada tanah yang telah mereka rawat.

Tapi logika kapital tidak menerima semua itu. Maka datanglah ultimatum, datanglah aparat, datanglah alat berat—lalu datanglah luka.

Namun dari reruntuhan rumah yang dirobohkan dan puing harapan yang dibungkam, muncul suara yang menolak diam. Inilah "Lawan Penggusuran", album kompilasi dari sepuluh band punk di Medan, dirilis dalam format kaset pita—sebuah simbol keras kepala dan keteguhan untuk terus bersuara dalam sistem yang membungkam.

Jovan Siahaan, salah seorang pentolan dalam inisiatif kritis ini, ingin menambah pertanda bagi tak selalu diperlukannya keadilan untuk nasib orang lemah. Bahkan tampsknya tak boleh diaudit oleh deru demokratisasi yang lebih menilih berhenti sebatas pembisingan atas keluhuran kemanusiaan hakiki.

Musik ini bukan sekadar hiburan, melainkan dokumentasi perlawanan; bukan sekadar dentuman drum, melainkan detak jantung mereka yang tersingkir.

Sejak kelahirannya di Inggris dan Amerika Serikat pada akhir 1970-an, punk adalah musik dari mereka yang tak dianggap. Di tangan anak-anak muda buruh kota London, punk lahir sebagai jeritan atas pengangguran massal, rasisme, perumahan kumuh, dan sistem politik yang busuk.

The Clash menyanyikan London's burning with boredom now, karena kota itu hanya membakar para pekerja demi kenyamanan elit. Di Amerika Latin, punk hidup dalam bayang-bayang kediktatoran dan represi, menjadi suara bawah tanah dari yang dibungkam oleh negara. Di Indonesia, punk muncul dari keresahan serupa: gentrifikasi, kemiskinan, represifitas aparat, dan tirani proyek pembangunan.

Punk bukan genre musik. Ia adalah sikap. Ia adalah jalan keluar dari keterasingan. Dan dalam konteks ini, "Lawan Penggusuran" menjadi dokumentasi tentang bagaimana suara-suara terpinggirkan tetap bisa mengaum, bahkan ketika dunia ingin mereka diam.

Medan bukan satu-satunya kota yang mengalami penataan kota dengan cara kejam. Gentrifikasi—konsep yang diperkenalkan oleh Ruth Glass di London tahun 1964—menggambarkan proses ketika wilayah-wilayah urban yang selama ini dihuni kelas pekerja atau warga miskin, perlahan diubah dan diambil alih oleh kelas menengah dan pemodal.

Editor
: Justin Nova
Tags
beritaTerkait
Negara Bungkam, Rakyat Terbuang: Percut Sei Tuan Jadi Korban Kapitalisme Tanpa Nurani
komentar
beritaTerbaru