BREAKING NEWS
Minggu, 05 Oktober 2025

Rekonstruksi Pemikiran Ulama Abdurrauf As-Singkili dalam Membangun Aceh Berbasis Ilmu, Adab, dan Keadilan

Redaksi - Sabtu, 04 Oktober 2025 18:19 WIB
Rekonstruksi Pemikiran Ulama Abdurrauf As-Singkili dalam Membangun Aceh Berbasis Ilmu, Adab, dan Keadilan
Dr (c) Laksamana Muflih Iskandar Hasibuan, Lc, M.Ag.,MA., Mahasiswa program Doktor pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (foto: Ist/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Karenanya, rekonstruksi pemikiran Abdurrauf menuntut revitalisasi pendidikan Aceh berbasis nilai: dayah, sekolah, dan universitas harus kembali menempatkan ilmu sebagai sarana mencetak manusia beradab, bukan sekadar profesional terampil. Ilmu harus membentuk integritas, bukan sekadar kecerdasan.

2. Keadilan sebagai Landasan Pemerintahan
Sebagai mufti Kesultanan Aceh, Abdurrauf sangat menekankan pentingnya keadilan dalam pemerintahan. Dalam tafsir dan fatwanya, beliau sering mengutip ayat "Innallāha ya'muru bil-'adli wal-ihsān" (QS. An-Nahl: 90), sebagai prinsip utama tata kelola kekuasaan.

Dalam konteks sejarah, Mir'ât al-Ṭullâb bukan hanya kitab hukum, tetapi juga manual pemerintahan yang menata hubungan antara penguasa, ulama, dan rakyat. Di situ, Abdurrauf menegaskan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang menegakkan hukum Allah dengan ilmu dan kasih sayang, bukan dengan kekuasaan semata.

Dalam konteks pembangunan Aceh masa kini, pesan ini sangat relevan. Keadilan yang dimaksud Abdurrauf bukan hanya dalam hukum formal, tetapi juga keadilan sosial dan moral: pemerataan pendidikan, kesejahteraan, serta penegakan hukum yang berlandaskan etika.

Tanpa keadilan, pembangunan hanya akan memperluas jurang sosial dan melemahkan legitimasi moral pemerintah.

Dengan demikian, pembangunan Aceh seharusnya dimaknai sebagai "upaya kolektif menegakkan keadilan sosial berbasis ilmu dan iman." Inilah bentuk nyata maqâshid asy-syarî'ah dalam praksis pemerintahan.

3. Adab sebagai Ruh Peradaban
Salah satu warisan intelektual Abdurrauf yang paling mendalam adalah pandangannya tentang adab (moralitas). Dalam Tanbîh al-Masyî beliau menulis bahwa perjalanan spiritual manusia menuju Allah hanya akan sampai bila disertai tashfiyah al-qalb (penyucian hati).

Adab menjadi jembatan antara ilmu dan amal, antara syariat dan hakikat.

Dalam konteks sosial, adab adalah prinsip harmoni dalam hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Maka, masyarakat tanpa adab akan kehilangan arah, meski berlimpah ilmu dan kekayaan.

Bagi Abdurrauf, peradaban Islam Aceh tidak akan bertahan tanpa fondasi adab yang kokoh.

Relevansinya kini sangat terasa: krisis moral di kalangan elite dan generasi muda menunjukkan lemahnya pendidikan karakter dan spiritualitas. Karena itu, rekonstruksi pemikiran Abdurrauf menuntut agar pendidikan moral dan spiritual menjadi inti dari pembangunan manusia Aceh.

Adab bukan hanya etika pribadi, tetapi juga prinsip publik, menyangkut cara memimpin, berdiskusi, berpolitik, dan bermasyarakat. Aceh akan kuat jika masyarakatnya berilmu dan beradab; karena adab melahirkan kepercayaan, dan kepercayaan melahirkan kekuatan sosial.

Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
beritaTerkait
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru