BREAKING NEWS
Senin, 03 November 2025

Makan Bergizi atau Politisasi Perut Rakyat?

BITV Admin - Kamis, 30 Oktober 2025 11:57 WIB
Makan Bergizi atau Politisasi Perut Rakyat?
anak-anak sekolah di pelosok Indonesia menyeberangi sungai menggunakan kotak foam demi bisa sampai ke sekolah.(Foto: Ist/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

OLEH : Raman Krisna

Mereka bukan menyeberangi sungai untuk bermain, tapi untuk belajar.
Sementara itu, pemerintah sibuk membagi nasi bungkus sambil mengaku peduli gizi.
Pendidikan sedang tenggelam di arus pencitraan.

Baca Juga:
Sebuah video viral di media sosial menampilkan pemandangan memilukan, anak-anak sekolah di pelosok Indonesia menyeberangi sungai menggunakan kotak foam demi bisa sampai ke sekolah. Di tengah gempuran klaim keberhasilan program Makan Bergizi (MBG), potret nyata itu menjadi tamparan keras bagi pemerintah.

Bagaimana mungkin pemerintah berkoar soal gizi, sementara anak-anak bangsa masih harus mempertaruhkan nyawa hanya untuk menuntut ilmu? Apakah program MBG benar-benar solusi, atau sekadar proyek politik yang dibungkus jargon kesejahteraan rakyat?Program MBG digembar-gemborkan sebagai langkah mulia untuk menekan angka stunting dan meningkatkan asupan gizi.

Tapi faktanya, pelaksanaannya justru penuh tanda tanya—dari distribusi yang tidak merata, menu yang asal-asalan, hingga dugaan pembagian "jatah" bagi pihak tertentu. Ini bukan program gizi; ini program politisasi perut rakyat.Kita tidak butuh nasi bungkus gratis yang datang sekejap, lalu hilang tanpa jejak. Yang dibutuhkan anak bangsa adalah akses pendidikan yang layak dan aman:

- Sekolah yang nyaman dan layak digunakan, bukan gedung reyot di ujung kampung.
- Lapangan olahraga di setiap sekolah, agar anak-anak tumbuh sehat dan bahagia.
- Jembatan penghubung di setiap daerah terpencil, agar tak ada lagi anak sekolah yang berjuang menantang maut di sungai demi menuntut ilmu.

Pendidikan adalah tulang punggung bangsa, bukan konsumsi sesaat. Dan guru—pilar utama pendidikan—masih jauh dari kata sejahtera. Ironisnya, negara lebih sibuk memoles citra lewat program populis ketimbang memperjuangkan martabat tenaga pendidik.

Pak Prabowo, jika Anda benar-benar peduli pada masa depan generasi muda, bukalah mata terhadap kenyataan di lapangan. Bangunlah jembatan, bukan hanya program pencitraan. Bangunlah sekolah, bukan proyek politik.

Bangunlah masa depan, bukan sekadar menu makan siang.Karena anak-anak yang kini menyeberangi sungai dengan kotak foam, suatu hari akan menilai sendiri siapa yang benar-benar bekerja untuk mereka—dan siapa yang hanya bermain dengan slogan.*

*) Penulis adalah Tim Redaksi BITV

Editor
: Mutiara
0 komentar
Tags
beritaTerkait
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru