Jelang Akhir Tahun, Harga Beras hingga Cabai Mulai Melunak
MEDAN Harga pangan di pasar nasional menunjukkan tren penurunan pada Jumat (19/12/2025). Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasion
EKONOMI
Oleh:Martin Dennise Silaban.
DALAM beberapa tahun terakhir, anak muda di berbagai negara dari Eropa hingga Asia berkali-kali muncul sebagai aktor utama protes politik. Terbaru, Gen Z kembali menjadi aktor di balik mundurnya Perdana Menteri Bulgaria pada Kamis, 11 Desember 2025 lalu.
Baca Juga:
Fenomena Gerakan Gen Z ini sudah lebih dahulu muncul di negara lain seperti seperti Maroko, Nepal, Kenya, Chile, Peru, Myanmar, Bangladesh, dan Filipina, termasuk Indonesia.
Kita menyaksikan pola yang sama, anak-anak muda tiba-tiba memenuhi jalanan, memenuhi ruang digital, mengajukan kritik, membuat petisi, mengorganisir ruang-ruang diskusi, dan bergerak melampaui batas-batas yang dibayangkan.
Namun, secepat kemunculannya, gerakan-gerakan ini kerap mereda. Grup WhatsApp menjadi sepi, akun Instagram komunitas berhenti diperbarui, dan ruang diskusi kembali sunyi.
Energi politik yang semula membuncah perlahan menguap. Publik pun buru-buru menyimpulkan bahwa gerakan anak muda bersifat musiman atau lebih sinis lagi, "bubar karena tak punya basis material dan sumber daya."
Benarkah demikian? Jika ditelusuri lebih jauh, naik-turunnya gerakan anak muda bukan terutama karena kelemahan mereka, melainkan karena sistem politik tidak pernah benar-benar siap menerima cara-cara baru generasi ini dalam berpolitik.
Ekosistem Gerakan Anak Muda
Selama ini, kita menganggap bahwa turunnya gerakan adalah tanda kegagalan. Seolah aktivisme adalah garis lurus linier yang harus terus bergerak naik. Padahal aktivisme, terutama yang dipimpin generasi muda, bekerja seperti ekosistem yang memiliki musim, irama, dan siklus yang dipengaruhi oleh atmosfer politik.
Anak muda tidak berhenti bergerak karena mereka kekurangan dana semata, melainkan karena ruang untuk bergerak menyempit (shrinking space), bahkan menutup (closing-space) baik secara formal maupun kultural. Mereka bisa menangkap perubahan cuaca politik lebih cepat daripada generasi mana pun.
Mereka melihat pola represi digital, merasakan kapan sekolah atau kampus mulai mengawasi, kapan kritik berubah menjadi risiko, kapan negara menegaskan batasnya. Mereka peka terhadap tekanan yang bagi sebagian orang hanya terasa sebagai "suasana".
Karena itu, naik-turunnya gerakan bukanlah persoalan kapasitas internal, tetapi konsekuensi dari ruang sipil yang mengembang dan menyusut, dari peluang politik yang terbuka sebentar lalu tertutup lagi.
MEDAN Harga pangan di pasar nasional menunjukkan tren penurunan pada Jumat (19/12/2025). Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasion
EKONOMI
JAKARTA Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali melakukan operasi tangkap tangan (OTT) yang menjerat Bupati Bekasi, Ade Kuswara Kunan
HUKUM DAN KRIMINAL
MEDAN Pemerintah Kabupaten Karo kembali menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih Anugerah Keterbukaan Informasi Badan Publik Tahun
PEMERINTAHAN
KARO Pemerintah Kabupaten Karo resmi menarik mahasiswa peserta Program Kuliah Kerja Nyata Tematik Merdeka Belajar Kampus Merdeka (KKNT
PENDIDIKAN
LABUHANBATU SELATAN Bupati Labuhanbatu Selatan (Labusel), Fery Sahputra Simatupang, meninjau langsung kebun pisang yang dikelola generas
PERTANIAN AGRIBISNIS
LABUHANBATU SELATAN Bupati Labuhanbatu Selatan (Labusel) Fery Sahputra Simatupang menyerahkan bantuan sosial melalui Program BAZNAS Labu
PEMERINTAHAN
LAMPUNG Menjelang pelaksanaan Operasi Lilin Krakatau 2025, Polda Lampung menggelar Tactical Floor Game (TFG) untuk memastikan kesiapan o
NASIONAL
PADANGSIDIMPUAN PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Persero Cabang Padangsidimpuan menggelar kegiatan syukuran sekaligus apresiasi masa kerja
NASIONAL
LAMPUNG Polda Lampung menggelar sosialisasi pentingnya pemahaman terhadap Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab UndangUndan
HUKUM DAN KRIMINAL
GIANYAR Kapolres Gianyar AKBP Chandra C. Kesuma, S.I.K., M.H., memimpin Upacara Peringatan Hari Bela Negara ke77 Tahun 2025 di Lapangan
NASIONAL