JAKARTA -Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyatakan bahwa dunia saat ini tengah menghadapi tantangan serius berupa tripledemic, yaitu fenomena ketika tiga virus pernapasan Respiratory Syncytial Virus (RSV), COVID-19, dan influenza bersirkulasi secara bersamaan.
"Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini dunia kesehatan menghadapi tantangan besar. Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak luar biasa terhadap sistem kesehatan global, tetapi ancaman lain yang tak kalah serius juga muncul, yaitu tripledemic," kata Direktur Penyakit Menular Kemenkes, dr. Ina Agustina Isturini, MKM, dalam temu media di Jakarta, Rabu (19/2/2025).
Tripledemic Sebabkan 8,7 Juta Infeksi, RSV Perlu Diwaspadai
Ina mengungkapkan bahwa berdasarkan data global, tripledemic telah menyebabkan 8,7 juta kasus infeksi. Salah satu virus yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah RSV, yang umumnya dianggap hanya menyerang anak-anak, tetapi ternyata juga berbahaya bagi lansia dan individu dengan penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
"Kami melihat bahwa populasi lansia Indonesia terus meningkat. Hal ini menjadi perhatian serius karena lansia lebih rentan mengalami komplikasi berat akibat infeksi pernapasan," ungkapnya.
Lansia Indonesia Rentan, Beban Kesehatan dan Ekonomi Meningkat
Jumlah penduduk Indonesia saat ini telah mencapai 279 juta jiwa, dengan peningkatan sekitar 2,7 juta jiwa per tahun. Populasi lansia juga mengalami kenaikan signifikan. Pada tahun 2030, jumlah lansia diproyeksikan mencapai 14,6 persen dari total populasi, sementara pada 2045 hampir menyentuh 20 persen.
"Tentu yang harus kita waspadai bahwa 20 persen lansia Indonesia tersebut berisiko mengalami penyakit kronis seperti penyakit jantung dan paru, yang dapat membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi pernapasan," jelas Ina.
Selain berdampak pada kesehatan, meningkatnya jumlah lansia yang rentan terhadap penyakit pernapasan juga berpotensi meningkatkan beban ekonomi akibat biaya pengobatan yang tinggi.
"Beban kesehatan akibat infeksi pernapasan sangat tinggi. Biaya pengobatan untuk pasien dengan infeksi pernapasan berat bisa mencapai Rp70-200 juta per pasien, terutama bagi mereka yang memerlukan perawatan intensif di ICU," tambahnya.
BPJS Kesehatan Habiskan Triliunan Rupiah untuk Penyakit Pernapasan
Project Management Office (PMO) dari Ditjen P2P Kemenkes, Dr. Alfinella Izhar Iswandi, MPH, mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu 2018 hingga 2022, pembiayaan untuk penyakit pernapasan meningkat secara signifikan, dengan tren yang terus naik setiap tahun.
Berdasarkan data BPJS Kesehatan tahun 2023, pengeluaran untuk beberapa penyakit pernapasan mencapai angka triliunan rupiah, di antaranya:
- Pneumonia: Rp8,7 triliun
- Tuberkulosis (TBC): Rp5,2 triliun
- Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK): Rp1,8 triliun
- Asma: Rp1,4 triliun
- Kanker paru-paru: Rp766 miliar
Kemenkes Dorong Upaya Preventif dan Promotif
Menghadapi ancaman tripledemic, Kemenkes menilai bahwa masyarakat telah memahami dampak serius penyakit pernapasan, terutama bagi kelompok berisiko tinggi. Oleh karena itu, upaya preventif dan promotif menjadi langkah utama dalam mencegah penyebaran virus.
"Melalui platform Satu Sehat, individu dapat dengan mudah mengakses informasi terkini mengenai penyakit infeksi menular dan langkah-langkah pencegahannya," ujar Ina.
Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker di tempat ramai, menjaga kebersihan tangan, serta mendapatkan vaksinasi guna melindungi diri dari risiko infeksi tripledemic.