TOBA -Geopark Kaldera Toba akan kembali menjalani proses revalidasi dari UNESCO Global Geopark (UGGp) pada 20 Juli 2025.
Proses ini menjadi penentu apakah kawasan Danau Toba dapat mempertahankan status prestisius sebagai taman bumi dunia yang telah diraih sejak tahun 2020.
Azizul Kholis, General Manager Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba, menyampaikan bahwa hasil evaluasi tahun 2023 menunjukkan masih ada sejumlah catatan penting yang harus diperbaiki.
Salah satu sorotan utama dari asesor UNESCO adalah kurangnya kampanye literasi dan edukasi publik secara masif.
"UNESCO menilai bahwa kita belum optimal dalam mengampanyekan nilai geologi, biologi, dan budaya yang ada di kawasan Danau Toba secara luas," kata Azizul saat ditemui di Geosite Sibaganding, Rabu (4/6/2025).
Literasi Geopark Masih Rendah
Azizul menjelaskan bahwa sebagian besar masyarakat di sekitar kawasan Danau Toba belum memahami makna dan pentingnya geopark.
"Geopark bukan sekadar destinasi wisata. Ini adalah taman bumi yang mencerminkan warisan geologi, budaya, dan ekosistem yang harus dilestarikan," tegasnya.
Upaya literasi seperti sosialisasi daring ke lebih dari 785 sekolah di Sumatera Utara melalui Zoom dinilai sebagai langkah awal yang baik, namun belum cukup masif.
Kekayaan Geologi dan Budaya Belum Tersampaikan Maksimal
Geopark Kaldera Toba dikenal sebagai kawasan supervolcano purba dengan empat letusan besar dalam sejarah bumi. Namun nilai ilmiah dan budaya dari berbagai geosite seperti Batu Persidangan di Siallagan, Batu Hoda, rumah adat Bolon, serta budaya tak benda seperti upah-upah dan opera Batak, masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat.
"Banyak yang masih menganggap batu-batuan itu biasa saja, padahal itu adalah rekaman sejarah geologi dunia," tambah Azizul.
Target Green Card dari UNESCO
Azizul menyebut secara dokumen, Kaldera Toba telah memenuhi syarat untuk meraih green card dari UNESCO. Namun, penilaian akhir akan sangat bergantung pada bukti nyata di lapangan.
"Asesor berhak mengoreksi berdasarkan bukti dukung. Maka kami sangat berharap masyarakat, khususnya di tujuh kabupaten kawasan geopark, aktif menjaga dan melestarikan lingkungan serta budayanya," jelasnya.
Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah Krusial
Ia berharap pelaku pendidikan, tokoh adat, pemuda, pemerintah daerah, dan seluruh elemen masyarakat turut berperan dalam mempertahankan status UNESCO.
"Dari bumi lah kehidupan berasal. Melalui pelestarian geosite, masyarakat tidak hanya menjaga warisan dunia, tapi juga dapat meningkatkan kesejahteraannya," tutup Azizul.
Revalidasi ini bukan hanya soal status internasional, melainkan tentang komitmen bersama menjaga bumi, budaya, dan masa depan generasi mendatang.*