MEDAN – Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Pendeta Victor Tinambunan, melontarkan kritik keras terhadap kondisi lingkungan Danau Toba yang menurutnya semakin memprihatinkan.
Dalam perbincangannya bersama pakar manajemen Rhenald Kasali di kanal YouTube Prof Rhenald Kasali yang tayang 15 Juni 2025, Victor menyebut Danau Toba kini ibarat "tong sampah raksasa" akibat pencemaran dari berbagai aktivitas manusia, terutama keramba ikan dan penebangan hutan.
"Danau Toba sekarang diperlakukan seperti kumpulan limbah. Saya sering menyebutnya tong sampah raksasa. Limbah dari pakan ikan yang tidak termakan mengendap di dasar dan memicu pencemaran serius," kata Victor.
Menurutnya, keramba-keramba ikan, baik milik masyarakat maupun perusahaan, menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran.
Ia menyebut keramba milik perusahaan, termasuk yang pernah dikaitkan dengan mantan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, memiliki kontribusi signifikan terhadap degradasi ekosistem danau.
Victor mengungkapkan bahwa dalam satu dekade terakhir, tercatat sedikitnya tiga kali kejadian massal ikan mati di Danau Toba, dengan jumlah mencapai ratusan ton.
Ia khawatir jika tidak ada langkah tegas, spesies ikan mas, yang memiliki nilai adat tinggi dalam budaya Batak, akan mengalami kepunahan seperti ikan "ihan".
Tak hanya itu, Victor juga mengecam keberadaan PT Toba Pulp Lestari (TPL), perusahaan yang beroperasi di sekitar Danau Toba dan disebutnya sebagai salah satu penyebab kerusakan hutan dan bencana ekologis seperti banjir bandang serta longsor di kawasan Parapat dan sekitarnya.
"Melihat ironi kehidupan dalam 30 tahun terakhir di kawasan konsesi PT TPL, dengan segala hormat dan tanggung jawab moral, saya menyerukan agar PT TPL segera menutup operasionalnya," tegas Victor.
Ia juga menyoroti peringatan dari UNESCO yang telah memberi waktu kepada Indonesia hingga Juli 2024 untuk memperbaiki kondisi Danau Toba yang merupakan bagian dari Geopark Global UNESCO. Jika tidak, status tersebut berisiko dicabut.
Meski banyak tantangan, Victor tetap optimistis bahwa Danau Toba bisa menjadi destinasi wisata berkelas dunia setara dengan Bali, asalkan semua pihak, pemerintah, masyarakat, gereja, dan sektor swasta, bekerja sama dalam menjaga ekosistem dan keindahannya.
"Jika 1 juta turis asing datang setiap tahun, itu bisa membawa berkat besar bagi masyarakat sekitar. Tapi itu tidak akan terjadi jika Danau Toba tetap kotor, tercemar, dan penuh keramba," pungkasnya.*