JAKARTA – Dalam debat kelima Pilpres 2024, tiga calon presiden menyampaikan gagasan yang berbeda mengenai pembangunan pabrik handphone (HP) dalam negeri. Anies Baswedan, calon presiden nomor urut 1, menyampaikan gagasan tentang peningkatan kualitas manusia dan inovasi di sektor teknologi informasi dengan mendatangkan pakar untuk alih teknologi bersama. Dia juga menyoroti perlunya investasi padat karya di sektor tersebut, yang didukung oleh reformasi birokrasi dan pemberantasan korupsi sebagai upaya untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Sementara itu, calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, menekankan pentingnya kehendak politik dalam pembangunan pabrik handphone, yang diperkirakan membutuhkan dana setengah triliun rupiah. Prabowo juga menyoroti pentingnya mendidik anak-anak Indonesia di bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika, serta memiliki program beasiswa untuk kedokteran dan bidang sains teknologi yang akan dikirim ke luar negeri.
Ganjar Pranowo, calon presiden nomor urut 3, menyatakan bahwa sudah ada industri swasta yang memproduksi gawai atau gadget dalam negeri. Dia mengusulkan bahwa pemerintah dapat memberikan penugasan yang jelas untuk produksi teknologi industri, serta menggandeng merek-merek besar untuk mendirikan pabrik di Indonesia. Ganjar yakin bahwa langkah ini dapat membantu Indonesia untuk tidak terlalu bergantung pada impor produk teknologi informasi.
Anies Baswedan juga menekankan bahwa negara harus bertindak sebagai regulator dalam pembangunan pabrik handphone, sementara pembangunan sebenarnya dilakukan oleh swasta. Negara harus memastikan ketersediaan fasilitas seperti kemudahan perizinan, modal, dan urusan pajak guna mendukung industri tersebut.
Dengan berbagai gagasan yang disampaikan oleh ketiga calon presiden, isu pembangunan pabrik handphone dalam negeri menjadi salah satu fokus utama dalam debat kelima Pilpres 2024, yang memperlihatkan perbedaan pendekatan dan strategi dari masing-masing kandidat dalam menghadapi tantangan pembangunan di sektor teknologi.