Jakarta – Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia mengakibatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa bencana ini semakin masif terjadi akibat dampak pemanasan global yang berlangsung semakin cepat.
Menurut Dwikorita, sebelumnya laju pemanasan global memerlukan waktu ratusan bahkan jutaan tahun, namun sejak tahun 1900 hingga kini, suhu Bumi telah meningkat hingga 1,5 derajat Celcius. Angka ini sudah mencapai batas yang disepakati dalam perjanjian Paris pada tahun 2015, yang memperbolehkan peningkatan suhu sebesar 1,5 derajat Celcius hingga 2100.
“Pemanasan global semakin cepat. Dulu butuh ratusan ribu tahun, tapi sekarang dari tahun 1900 sampai sekarang sudah capai 1,5 derajat Celcius,” ujar Dwikorita, Rabu (29/1/2025). Selain banjir, masyarakat perlu mewaspadai kemunculan ular yang kerap terbawa banjir. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perubahan iklim dan kemunculan ular memiliki keterkaitan yang erat.
Perubahan suhu dan cuaca ekstrem membuat ular cenderung bermigrasi lebih jauh, berisiko lebih banyak berinteraksi dengan manusia. “Ular akan menggeser distribusinya seiring dengan meningkatnya suhu dan kejadian-kejadian ekstrem yang lebih sering terjadi,” kata WHO. Perubahan iklim ini menyebabkan ular lebih sering keluar dari habitat alami mereka untuk mencari tempat yang lebih aman, yang seringkali berada di permukiman manusia.
Beberapa spesies ular yang dapat ditemukan di Indonesia, seperti ular sanca, berisiko muncul lebih sering pada musim hujan karena habitat terestrialnya tergenang air. Ular-ular ini, meski tidak berbisa, dapat menjadi ancaman berbahaya karena kemampuannya dalam membelit mangsanya hingga mati lemas. Berikut adalah beberapa jenis ular sanca terbesar di dunia yang dapat ditemukan di Asia, termasuk Indonesia:
Sanca Bodo (Python bivittatus) – Ular ini dapat tumbuh hingga 7 meter dan memiliki berat hingga 182 kg. Sanca bodo sering ditemukan di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan dapat menjadi ancaman serius karena ukurannya yang besar.
Sanca Kembang (Malayopython reticulatus) – Memiliki panjang tubuh hingga 10 meter dan hidup di hutan tropis Asia. Sanca kembang sering memanjat pohon dan berburu mangsa seperti monyet atau kadal.
Sanca Batu India (Python molurus) – Ular ini memiliki panjang antara 4 hingga 6 meter dan tinggal di daerah berbatu dan padang rumput India serta Sri Lanka.
Sanca Patola (Simalia amethistina) – Dengan panjang hingga 4 meter, ular ini dapat ditemukan di Papua serta memiliki corak yang sangat indah dan sering diburu untuk dipelihara.
Sanca Papua (Apodora papuana) – Ular ini ditemukan di Papua dan memiliki panjang mencapai 4,3 meter. Sanca Papua umumnya berkamuflase di lingkungan sekitarnya dan hanya memakan mamalia kecil.
Dengan perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan, masyarakat diharapkan lebih waspada terhadap potensi kemunculan ular di pemukiman, terutama selama musim hujan yang meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi.(cnc)
(christie)
Bencana Hidrometeorologi Semakin Masif, Masyarakat Waspadai Kemunculan Ular Akibat Perubahan Iklim