
Menjelang G20 Washington, FSB Soroti Risiko Sistem Keuangan Global
JAKARTA Lembaga pengawas risiko keuangan G20, Financial Stability Board (FSB), mengeluarkan peringatan atas meningkatnya kerentanan pasar
Ekonomi
MENTAWAI –Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, memberikan klarifikasi penting mengenai potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Penjelasan ini bertujuan untuk mengatasi kekhawatiran publik dan menjelaskan konteks terkait potensi gempa besar yang mungkin terjadi di zona-zona tersebut.
Zona Megathrust dan Seismic Gap: Apa yang Perlu Diketahui?
Pembahasan mengenai potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut bukanlah isu baru. Zona-zona ini sudah lama dikenal sebagai wilayah dengan potensi gempa besar, dan sudah dibahas sejak sebelum terjadinya Gempa dan Tsunami Aceh 2024. Daryono menegaskan bahwa kemunculan kembali pembahasan tentang potensi gempa di kawasan tersebut saat ini bukan merupakan peringatan dini atau indikasi bahwa gempa besar akan segera terjadi.
“Penekanan kembali mengenai keberadaan Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut adalah untuk mengingatkan masyarakat tentang potensi yang ada, terutama dalam konteks seismic gap atau kekosongan gempa besar yang sudah berlangsung selama ratusan tahun,” ujar Daryono. Seismic gap adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan periode waktu yang lama di mana suatu wilayah tidak mengalami gempa besar, meskipun wilayah tersebut memiliki potensi untuk mengalami gempa besar berdasarkan sejarah seismik.
Ketidakberhubungan dengan Gempa di Jepang
Munculnya kembali pembahasan tentang potensi gempa di zona Megathrust Indonesia tidak berkaitan langsung dengan gempa kuat M7,1 yang baru-baru ini mengguncang Prefektur Miyazaki, Jepang, pada 8 Agustus 2024. Gempa tersebut memicu tsunami kecil dan menimbulkan kekhawatiran akan potensi gempa dahsyat di Megathrust Nankai, Jepang. Daryono menggarisbawahi bahwa meskipun peristiwa gempa di Jepang tersebut dapat mengingatkan kita pada potensi gempa di zona seismic gap di Indonesia, tidak ada hubungan langsung antara keduanya.
“Peristiwa gempa di Nankai bisa menjadi momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia tentang potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Namun, ini bukan berarti ada indikasi bahwa gempa besar akan segera terjadi di zona tersebut,” jelas Daryono.
Sejarah Seismic Gap: Mengapa Penting untuk Waspada
Daryono menjelaskan bahwa sejarah mencatat beberapa kejadian penting terkait seismic gap di Indonesia. Gempa besar terakhir yang terjadi di Tunjaman Nankai, Jepang, adalah pada tahun 1946, sehingga usia seismic gap-nya adalah 78 tahun. Sebaliknya, gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada tahun 1757, sehingga usia seismic gap-nya mencapai 267 tahun. Untuk Mentawai-Siberut, gempa besar terakhir terjadi pada tahun 1797, menjadikannya memiliki usia seismic gap sebesar 227 tahun.
“Periodisitas seismic gap di Indonesia jauh lebih lama dibandingkan dengan Nankai. Ini menunjukkan bahwa kita harus lebih serius dalam menyiapkan upaya mitigasi dan kesiapsiagaan,” tegas Daryono.
Kesiapan BMKG dan Informasi untuk Publik
Daryono juga menyoroti bahwa BMKG selalu memantau aktivitas seismik dan siap memberikan informasi gempabumi serta peringatan dini tsunami secara cepat dan akurat. “Kami ingin menegaskan bahwa informasi mengenai potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini mengenai kapan dan di mana gempa akan terjadi,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Daryono meminta masyarakat untuk tetap tenang dan melanjutkan aktivitas sehari-hari seperti biasa, baik itu melaut, berdagang, atau berwisata di pantai. “BMKG selalu siap memberikan informasi terbaru dan akurat mengenai gempabumi dan tsunami. Kami juga terus berupaya untuk meningkatkan sistem peringatan dini dan mitigasi bencana untuk melindungi masyarakat,” tambahnya.
Penjelasan dari Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Meskipun zona-zona tersebut merupakan area dengan potensi gempa besar, tidak ada indikasi bahwa gempa besar akan segera terjadi. Dengan informasi yang akurat dan pemahaman yang baik tentang seismic gap, masyarakat dapat lebih siap dan tenang menghadapi potensi risiko gempa di masa depan. BMKG akan terus memantau dan memberikan informasi yang diperlukan untuk memastikan keselamatan dan kesiapsiagaan masyarakat.
(N/014)
JAKARTA Lembaga pengawas risiko keuangan G20, Financial Stability Board (FSB), mengeluarkan peringatan atas meningkatnya kerentanan pasar
EkonomiBATUBARA Sebuah video viral di media sosial memperlihatkan seorang pengendara becak bermuatan kelapa terperosok ke dalam parit akibat men
PeristiwaJAKARTA Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada awal perdagangan Selasa (14/10). adsenseIHSG dibuka naik 44,809
EkonomiJAKARTA PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus memperkuat perannya dalam mendukung layanan jaminan sosial ketenagakerjaan.
Sains & TeknologiMESIR Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan pujian kepada Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto. Kali ini, san
PolitikBATUBARA Warga Kabupaten Batu Bara digemparkan dengan beredarnya unggahan di media sosial Facebook yang menyebutkan adanya dugaan percoba
PeristiwaJAKARTA Penyanyi dangdut Lesti Kejora kembali membawa kabar bahagia. Istri dari Rizky Billar itu mengumumkan tengah mengandung anak keti
EntertainmentBANTEN Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa keselamatan masyarakat dan kelayakan lingkungan indu
PeristiwaBATU BARA Setelah sebelumnya meninjau lokasi tanah longsor di Kecamatan Lima Puluh, kali ini di tengah genangan banjir dan jalan berlumpur
PeristiwaDENPASAR Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kondisi cuaca di wilayah Bali hari ini bervariasi. adsenseBeb
Nasional