BREAKING NEWS
Minggu, 01 Juni 2025

Ekspor Karet Sumut Turun 4% di April 2025, Gapkindo Soroti Tekanan Cuaca dan Pasar Global

Adelia Syafitri - Kamis, 29 Mei 2025 15:20 WIB
77 view
Ekspor Karet Sumut Turun 4% di April 2025, Gapkindo Soroti Tekanan Cuaca dan Pasar Global
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

MEDAN – Ekspor karet alam asal Sumatera Utara (Sumut) pada April 2025 mencatat penurunan sebesar 4,00%, dengan volume hanya mencapai 20.799 ton, turun dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 21.666 ton.

Meski demikian, volume tersebut masih menunjukkan kenaikan 16,33% dibandingkan periode April 2024 yang sebesar 17.878 ton.

Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, menyebut penurunan ini sebagai bagian dari tekanan berkelanjutan yang masih membayangi sektor karet alam di wilayah tersebut.

"Volume ekspor kita bulan April masih jauh dari kondisi normal yang idealnya bisa mencapai 42.000 ton per bulan. Ada sejumlah faktor utama yang memengaruhi, mulai dari gangguan cuaca, penurunan harga global, hingga kendala pasar ekspor," jelas Edy, Rabu (28/5) di Medan.

Ia memaparkan, kondisi cuaca yang tidak menentu menjadi hambatan utama dalam proses produksi lateks.

"Meski secara kalender sudah masuk musim kemarau, kenyataannya beberapa wilayah kebun masih diguyur hujan. Ini membuat petani enggan menyadap karena hasil tidak maksimal," ujarnya.

Dari sisi harga, karet juga mengalami tekanan signifikan.

Harga rata-rata SICOM TSR20 pada April 2025 tercatat 171,15 sen AS/kg, turun tajam dibanding 198,21 sen AS/kg di Maret.

Hingga 7 Mei 2025, harga belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan, hanya mencapai 170,5 sen AS/kg.

Dari sisi pasar ekspor, tekanan juga datang dari kebijakan perdagangan luar negeri.

Ekspor ke Amerika Serikat mulai terdampak oleh penerapan tarif dasar impor sejak April.

Sementara dari kawasan Eropa, kekhawatiran terkait penerapan European Union Deforestation Regulation (EUDR) pada akhir Desember 2025 semakin meningkat.

Regulasi EUDR mengharuskan seluruh produk berbasis karet berasal dari rantai pasok bebas deforestasi, yang menjadi tantangan tersendiri bagi industri karet Indonesia.

Menurut data Gapkindo, pada April 2025, Sumut mengekspor karet ke 31 negara.

Jepang menjadi tujuan utama dengan porsi 35,01%, disusul Amerika Serikat (15,53%), China (9,14%), Brasil (7,57%), dan Kanada (5,44%).

Ekspor ke 12 negara Eropa mengalami penurunan kontribusi, dari 12,73% di Maret menjadi 10,51% pada April.

Edy menegaskan, menghadapi tantangan ini, diperlukan kerja sama lintas pihak untuk memperkuat ketelusuran produk (traceability) dan praktik keberlanjutan.

"Untuk mempertahankan akses pasar global, terutama Eropa, kita perlu fokus pada traceability dan kepatuhan terhadap prinsip keberlanjutan. Pemerintah, pelaku industri, dan petani harus bergandengan tangan untuk memetakan kebun, meningkatkan praktik ramah lingkungan, serta memperbaiki sistem logistik dan produktivitas," tutupnya.*

(wp/a008)

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
beritaTerkait
komentar
beritaTerbaru