Tradisi menyajikan kue kering pada Hari Raya Idul Fitri di Indonesia mulai berkembang sejak masa kolonial Belanda.
Pada saat itu, masyarakat pribumi banyak bekerja di rumah-rumah orang Belanda dan mengenal aneka kue kering khas Eropa, seperti kaastengel, nastar, dan putri salju.
Seiring waktu, masyarakat Indonesia mulai mengadaptasi resep-resep tersebut dengan bahan lokal dan menjadikannya sebagai sajian khas di hari besar Islam.
Simbol Kebersamaan dan Keramahan
Kue kering tak hanya sekadar hidangan, tetapi juga menjadi simbol keramahan dalam menyambut tamu yang bersilaturahmi saat Lebaran.
Sajian ini mencerminkan semangat berbagi dan kebersamaan, di mana keluarga berkumpul untuk membuat atau menyajikan kue bagi sanak saudara serta tetangga.