BREAKING NEWS
Minggu, 05 Oktober 2025

Menelusuri Sejarah Ogoh-Ogoh dalam Perayaan Nyepi di Bali

Adelia Syafitri - Kamis, 24 April 2025 08:31 WIB
Menelusuri Sejarah Ogoh-Ogoh dalam Perayaan Nyepi di Bali
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

BITVONLINE.COM -Pada perayaan Hari Raya Nyepi, pawai ogoh-ogoh akan selalu menjadi pusat perhatian masyarakat Bali dan wisatawan.

Tradisi yang identik dengan patung-patung raksasa berwajah menyeramkan ini tidak hanya menjadi ajang kreativitas seni, tetapi juga sarat dengan makna spiritual dan simbolik yang mengakar kuat dalam budaya Hindu Bali.

Ogoh-ogoh merupakan representasi Bhuta Kala, simbol kekuatan destruktif alam dan waktu yang dalam ajaran Hindu Dharma harus dinetralisir untuk menciptakan keharmonisan.

Patung-patung ini diarak keliling desa pada malam sebelum Nyepi, dalam ritual yang dikenal sebagai ngerupuk.

Puncaknya, ogoh-ogoh dibakar sebagai bentuk penyucian dan penyeimbangan energi alam semesta.

Secara historis, istilah "ogoh-ogoh" berasal dari kata "ogah-ogah" dalam bahasa Bali, yang berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan, merujuk pada cara patung ini diarak.

Sejumlah sumber menyebut ogoh-ogoh telah dikenal sejak masa pemerintahan Dalem Balikang dan digunakan dalam upacara pitra yadnya.

Ada pula yang melacak akarnya pada tradisi Ngusaba Ngong-Nging di Desa Selat, Karangasem.

Kemunculan ogoh-ogoh dalam bentuk seperti saat ini mulai populer pada era 1970-an hingga 1980-an.

Kala itu, para seniman patung di Bali mulai beralih dari bahan keras ke bahan ringan seperti bambu, kertas, dan bahan daur ulang, guna menciptakan karya-karya besar yang mudah diarak.

Seiring penetapan Nyepi sebagai hari libur nasional pada tahun 1983, tradisi ogoh-ogoh semakin berkembang dan menjadi bagian integral dari perayaan Nyepi.

Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru