BREAKING NEWS
Selasa, 29 Juli 2025

Kesultanan Deli: Jejak Sejarah Melayu di Jantung Kota Medan

Adelia Syafitri - Jumat, 23 Mei 2025 08:21 WIB
332 view
Kesultanan Deli: Jejak Sejarah Melayu di Jantung Kota Medan
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

MEDANKesultanan Deli menjadi salah satu simbol kebudayaan dan sejarah Melayu yang melekat kuat dalam denyut nadi Kota Medan.

Berdiri sejak abad ke-17, kerajaan ini tidak hanya mencatatkan warisan kekuasaan, tapi juga menjadi poros penting penyebaran Islam dan pusat peradaban di pesisir timur Sumatera.

Baca Juga:

Didirikan pada tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan, seorang panglima perang utusan Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh, Kesultanan Deli berkembang sebagai kerajaan yang berdaulat dan berpengaruh.

Dalam buku Sejarah Kesultanan Deli dan Peradaban Masyarakatnya oleh Muhammad Takari, disebutkan bahwa nama resmi kerajaan ini adalah Kerajaan Al Mu'tasim Billah Deli, yang kemudian tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pertanian, khususnya tembakau Deli yang melegenda.

Baca Juga:

Perjalanan Para Sultan Deli

Kepemimpinan Kesultanan Deli diwariskan dari generasi ke generasi, dimulai dari Tuanku Panglima Gocah Pahlawan hingga Sultan Mahmud Aria Lamanjiji Perkasa Alamsyah yang kini memegang tampuk adat.

Masing-masing sultan memberikan kontribusi besar, mulai dari pemindahan pusat pemerintahan, perluasan wilayah kekuasaan, hingga menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan tetangga dan pemerintah kolonial Belanda.

Salah satu masa keemasan tercatat pada era Sultan Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alam (1873-1924), ketika ia mendirikan Istana Maimun dan Masjid Raya Al-Mashun di Medan.

Peninggalan tersebut kini menjadi ikon arsitektur sekaligus destinasi wisata religi dan sejarah yang ramai dikunjungi.

Peninggalan Abadi Kesultanan

Beberapa peninggalan Kesultanan Deli yang masih berdiri megah hingga kini antara lain:

- Istana Maimun, karya arsitek Italia Ferrari yang dibangun dengan dana 1 juta Gulden pada masa kolonial.

- Masjid Raya Al-Mashun, masjid megah dengan arsitektur khas Timur Tengah dan Eropa yang digunakan sejak 1909.

- Masjid Raya Al Osmani, masjid tertua di Medan yang dibangun pada 1854, kini menjadi cagar budaya penting.

- Taman Sri Deli, taman istana seluas hampir 15 ribu meter persegi yang menjadi ruang publik penuh nilai sejarah.

Peran Strategis dalam Perdagangan dan Diplomasi

Di masa kejayaannya, Kesultanan Deli memainkan peran vital dalam perekonomian melalui ekspor tembakau Deli yang menjadi komoditas premium dunia.

Kolaborasi dengan tokoh Belanda seperti J. Nienhuys membuka pintu investasi asing sekaligus memperluas jaringan perdagangan global.

Tak hanya di bidang ekonomi, dalam politik dan sosial, Kesultanan Deli berhasil membangun aliansi penting dengan Kerajaan Siak dan pemerintah Hindia Belanda.

Pendekatan diplomasi yang dijalankan oleh para sultan turut mengantarkan Deli menjadi simbol kemajuan dan inklusivitas budaya di Sumatera.

Meski sistem monarki tidak lagi berperan dalam pemerintahan formal, Kesultanan Deli tetap eksis sebagai lembaga adat dan budaya yang dihormati.

Sang Sultan kini, Mahmud Aria Lamanjiji Perkasa Alamsyah, meneruskan amanah leluhur menjaga marwah Melayu dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat modern.

Kesultanan Deli bukan sekadar catatan masa lalu. Ia adalah ruh budaya yang masih hidup, berdetak di tengah geliat modernitas Kota Medan.*

(d/a008)

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
komentar
beritaTerbaru