MEDAN – Kecantikan adalah konsep universal, namun standar dan persepsinya sangat dipengaruhi oleh budaya, sejarah, dan nilai-nilai sosial di setiap negara.
Di satu tempat, kulit putih dipuja sebagai simbol kemurnian dan status sosial; sementara di belahan dunia lain, kulit gelap eksotis justru dipandang sebagai pesona alami yang menggoda.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kecantikan bukanlah sesuatu yang absolut, melainkan refleksi dari identitas dan tradisi suatu masyarakat.
Di kalangan suku Kayan di Myanmar, leher panjang dianggap sebagai lambang kecantikan dan keanggunan.
Sejak usia 5–6 tahun, gadis-gadis muda mulai mengenakan cincin perunggu di leher, yang ditambah seiring waktu untuk menciptakan efek leher yang lebih panjang.
Meskipun kontroversial dari sisi kesehatan, tradisi ini tetap dilestarikan sebagai simbol budaya.
2. Alis Menyatu – Tajikistan
Di saat banyak budaya menganggap unibrow (alis menyatu) sebagai hal yang harus dihindari, di Tajikistan justru sebaliknya.
Alis menyatu dianggap simbol kecantikan dan kemurnian, terutama bagi perempuan.
Mereka yang tidak memilikinya secara alami, bahkan rela menggunakan ramuan herbal untuk menciptakannya.