JAKARTA -Perlambatan ekonomi Indonesia bukan lagi isu terselubung—ia kini tampak nyata di permukaan. Dalam beberapa bulan terakhir, sinyal-sinyal pelemahan ekonomi semakin kuat, mulai dari kontraksi sektor manufaktur, deflasi berulang, hingga melonjaknya angka pemutusan hubungan kerja (PHK).
Berikut 9 indikator yang kini menjadi alarm bahaya bagi perekonomian nasional:
Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level 47,4 pada Mei 2025, menandai kontraksi dua bulan berturut-turut. Ini mengindikasikan melemahnya permintaan dan aktivitas produksi, bahkan penurunan pesanan baru menjadi yang terdalam sejak Agustus 2021.
Indonesia mencatat deflasi sebesar 0,37% pada Mei 2025, ketiga kalinya tahun ini. Meski bisa diartikan sebagai penurunan harga, deflasi berulang lebih mengkhawatirkan karena bisa menjadi tanda melemahnya daya beli masyarakat dan minimnya permintaan.
3. PDB Kuartal I Hanya 4,87%
Pertumbuhan ekonomi nasional hanya menyentuh 4,87% pada kuartal I-2025, terendah sejak pandemi. Padahal, momentum Ramadan seharusnya menjadi pendorong konsumsi masyarakat.
4. Surplus Neraca Dagang Mengecil
Neraca perdagangan Indonesia hanya surplus US$ 150 juta pada April 2025, terendah dalam 60 bulan terakhir. Ini mencerminkan melemahnya ekspor dan menipisnya bantalan devisa negara.
5. Ekspor Turun Tajam
Nilai ekspor Indonesia merosot ke US$ 20,74 miliar, terendah dalam setahun. Ini menunjukkan lemahnya daya saing global dan potensi penurunan produksi nasional di sektor-sektor strategis.