BREAKING NEWS
Minggu, 19 Oktober 2025

Modal Asing Kabur Rp16,61 Triliun, Apa yang Terjadi?

Raman Krisna - Minggu, 19 Oktober 2025 12:27 WIB
Modal Asing Kabur Rp16,61 Triliun, Apa yang Terjadi?
Ilustrasi. (foto: AI/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing yang keluar dari pasar Indonesia pada pekan ketiga Oktober 2025, dengan total transaksi jual neto mencapai Rp 16,61 triliun.

Angka ini menambah catatan keluarnya modal asing yang sudah berlangsung sepanjang tahun 2025.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa periode 13 hingga 16 Oktober 2025 mencatatkan arus keluar modal asing yang signifikan.

Baca Juga:

Berdasarkan data transaksi, nonresiden tercatat melakukan jual neto sebesar Rp 16,61 triliun, yang terdiri dari:
- Jual neto di pasar saham sebesar Rp 1,09 triliun.
- Jual neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 11,90 triliun.
- Jual neto di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp 3,62 triliun.

Dengan demikian, total arus keluar modal asing dari Indonesia sepanjang tahun 2025, hingga 16 Oktober, tercatat mencapai Rp 51,24 triliun di pasar saham, Rp 132,75 triliun di SRBI, serta Rp 17,28 triliun di pasar SBN.

Ramdan menambahkan bahwa Bank Indonesia terus berkoordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait lainnya untuk memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan demi menjaga stabilitas pasar.

Selain aliran modal asing yang keluar, kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga menunjukkan tren pelemahan.

Pada 16 Oktober 2025, Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun tercatat sebesar 80,85 bps, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan 10 Oktober 2025 yang berada pada level 80,27 bps.

Nilai tukar rupiah di pasar spot pada hari yang sama dibuka pada level Rp 16.570 per dolar AS, meskipun yield SBN 10 tahun turun ke angka 5,92%.

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan 16 Oktober, rupiah melemah tipis sebesar 9 poin atau 0,05% menjadi Rp 16.590 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp 16.581 per dolar AS.

Pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh situasi geopolitik global, terutama ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Analis mata uang, Ibrahim Assuabi, dari Forexindo Berjangka, menyatakan bahwa pasar menanggapi dengan hati-hati langkah-langkah yang diambil oleh kedua negara.

"Sikap waspada investor muncul seiring dengan keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan rencana tarif tambahan sebesar 100 persen pada seluruh impor dari China. Keputusan ini sebagai respons terhadap pembatasan yang dikenakan oleh China terhadap ekspor logam tanah jarang," jelas Ibrahim.

China telah mengumumkan kebijakan baru yang membatasi ekspor logam tanah jarang yang dapat digunakan dalam industri militer dan sektor sensitif lainnya.

Pembatasan ini mulai berlaku pada 8 November 2025 dan akan sepenuhnya diterapkan pada 1 Desember 2025.

Trump merespon langkah tersebut dengan mengumumkan tarif baru yang akan berlaku pada 1 November 2025, serta kontrol ekspor perangkat lunak kritis.

Keputusan ini meningkatkan ketegangan yang berisiko memengaruhi aliran investasi global.

Di sisi lain, perhatian investor juga tertuju pada kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).

Gubernur Jerome Powell memberikan sinyal dovish dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga yang semakin kuat, seiring dengan tanda-tanda penurunan inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

"Sentimen pasar global juga dipengaruhi oleh kemungkinan besar pemangkasan suku bunga The Fed pada pertemuan mendatang. Data ekonomi yang menunjukkan perlambatan inflasi dan pertumbuhan ekonomi menjadi faktor utama," kata Ibrahim.

Di tengah ketidakpastian global, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan makroprudensial dan berkoordinasi dengan pemerintah untuk mengurangi dampak negatif terhadap perekonomian domestik.

Meski terjadi arus keluar modal asing, Indonesia diharapkan tetap mampu menjaga stabilitas pasar dan ekonomi dengan langkah-langkah strategis yang terintegrasi.

Dalam laporan yang sama, BI mencatatkan bahwa meskipun nilai tukar rupiah mengalami pelemahan, Indonesia masih berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi tantangan eksternal dengan memperkuat ketahanan ekonomi melalui kebijakan yang adaptif dan responsif.*


(lp/a008)

Editor
: Raman Krisna
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Prabowo Tegaskan Reshuffle untuk Menteri Nakal, Golkar: Kader Kami Bertugas dengan Baik
SLB TNCC Banda Aceh Peringati Maulid Nabi dengan Semangat Meneladani Rasulullah
IHSG Melemah 4,14 Persen Sepekan, Kapitalisasi Pasar Turun Rp 814 Triliun
Menkeu Purbaya Pastikan BLT Rp30 Triliun Aman dari APBN: Kita Kaya Kok!
Pemkab Deli Serdang Perkuat Sinergi dengan Syarikat Islam di Usia ke-120 Tahun
Pemerintah Tanggung 6% PPN Tiket Pesawat Ekonomi Selama Libur Nataru 2025–2026
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru