MEDAN – Bagi sebagian orang, pernikahan masih dibayangkan sebagai fase hidup yang penuh kebahagiaan. Namun, kenyataan tak selalu semanis angan.
Kompleksitas dalam kehidupan rumah tangga, dari ketidaksiapan mental, konflik emosi, hingga persoalan finansial, mendorong munculnya fenomena "marriage is scary", di mana pernikahan justru dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan, terutama oleh generasi muda.Hal itu turut berdampak pada tren penurunan angka pernikahan di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Agama (Kemenag), jumlah pernikahan nasional terus menurun sejak 2019. Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 1.577.493 pernikahan, sementara pada 2024 angka itu menyusut menjadi 1.478.424.
"Ini tantangan bagi kita semua. Edukasi harus diberikan agar generasi muda memahami pernikahan secara benar," ujar Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad, dalam peringatan Milad ke-63 Wanita Islam di Jakarta, Rabu (10/9/2025), mewakili Menteri Agama Nasaruddin Umar.Menurut sosiolog dan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU), Dr. Mustaghfiroh Rahayu, pernikahan bukan sekadar soal cinta atau formalitas sosial.
Ia menilai bahwa saat ini, banyak orang belum siap secara mental maupun emosional untuk menjalani kehidupan berumah tangga.