AS -FBI mengungkapkan bahwa Matthew Livelsberger, sopir Tesla Cybertruck yang tewas dalam ledakan mobil di depan Trump International Hotel pada 1 Januari 2025, menderita post-traumatic stress disorder (PTSD). Penyidik menegaskan bahwa tidak ada keterkaitan dengan kelompok teroris dalam insiden tersebut.
Livelsberger, seorang anggota pasukan elite militer AS berusia 37 tahun, ditemukan meninggal dunia setelah menembak dirinya sendiri di dalam Tesla yang ia sewa. Mobil itu penuh dengan wadah bahan bakar dan kembang api, yang kemudian meledak, melukai tujuh orang di sekitar area valet.
Menurut FBI, meski insiden ini terjadi di luar hotel yang dimiliki sebagian oleh keluarga Presiden AS terpilih Donald Trump, Livelsberger tidak memiliki dendam terhadap Trump. “Insiden ini tampaknya adalah kasus bunuh diri tragis yang melibatkan seorang veteran tempur yang sedang berjuang melawan PTSD dan isu-isu lainnya,” ujar agen spesial FBI, Spencer Evans, dalam konferensi pers, Jumat (3/1).
Penyidik menemukan dua surat di ponsel Livelsberger yang menyinggung tentang beban emosional dan masalah pribadinya. Selain itu, paspor AS miliknya yang rusak ditemukan di luar hotel, dan identitasnya terkonfirmasi melalui catatan gigi dan DNA.
FBI juga menegaskan bahwa tidak ada kaitan antara insiden ini dengan serangan teror lainnya, seperti serangan mematikan di New Orleans pada 1 Januari yang dilakukan oleh seorang veteran militer yang setia kepada ISIS.
Otoritas saat ini masih berupaya menyusun kronologi kejadian yang tepat, namun jelas bahwa ledakan di Tesla terjadi bersamaan dengan aksi bunuh diri Livelsberger.
(N/014)
FBI Ungkap Penyebab Kematian Sopir Tesla Cybertruck yang Meledak di Depan Trump International Hotel