Mahasiswa Unud Sergio Lucasandro Ksatria Dwi Putra Diduga Lakukan Pelecehan Digital terhadap Puluhan Mahasiswi

DENPASAR -Nama Sergio Lucasandro Ksatria Dwi Putra, mahasiswa Universitas Udayana (Unud), mendadak menjadi sorotan tajam publik usai diduga melakukan tindakan pelecehan terhadap puluhan mahasiswi menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Pelaku yang merupakan mahasiswa semester enam Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unud, diketahui mencuri foto-foto milik korban lalu mengeditnya menjadi konten bermuatan pornografi menggunakan teknologi AI.

Dari informasi internal universitas, setidaknya ada 35 mahasiswi yang diduga menjadi korban dan telah melaporkan kasus tersebut kepada pihak rektorat.

Ketua Unit Komunikasi Publik Unud, Ni Nyoman Dewi Pascarini, menyatakan bahwa kasus ini sedang ditangani serius oleh pihak fakultas, dan telah dilimpahkan ke Dewan Etik Senat Universitas untuk proses sanksi lebih lanjut.

"Universitas saat ini menunggu pertimbangan dari Dewan Etik Senat Universitas untuk menentukan bentuk sanksi yang sesuai berdasarkan tata tertib dan kode etik sivitas akademika," jelas Dewi, Sabtu (26/5/2025).

Ia menambahkan bahwa Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) telah diminta turun tangan melakukan pendalaman dan memberikan rekomendasi menyeluruh atas kasus ini.

Pihak universitas memastikan bahwa proses penanganan berjalan dengan serius, mengedepankan prinsip kehati-hatian, perlindungan korban, dan kepastian hukum.

Sementara itu, Sergio telah dinonaktifkan sementara dari aktivitas akademik di kampus.

"Yang bersangkutan tidak diperbolehkan mendapatkan layanan akademik dari perkuliahan dan layanan administrasi lainnya karena sedang menunggu proses sidang kode etik," ujar Dewi.

Nama Sergio tercatat sebagai alumni SMA Santa Ursula BSD, serta diketahui pernah magang di dua perusahaan sebagai accounting.

Ia juga merupakan anggota koperasi kampus dan berasal dari Tangerang Selatan, Banten.

Masyarakat dan warganet pun terus mengikuti perkembangan kasus ini, sembari menuntut penegakan hukum yang adil dan perlindungan maksimal bagi para korban.*

(tm/a008)