WASHINGTON DC – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberi kelonggaran terhadap kebijakan tarif tinggi untuk produk teknologi asal China.
Dalam langkah strategis terbaru, Trump memberikan pengecualian dari tarif timbal balik sebesar 145 persen terhadap berbagai produk elektronik seperti smartphone, komputer, dan semikonduktor.
Kebijakan ini diumumkan oleh US Customs and Border Protection melalui daftar resmi kode tarif yang dibebaskan. Pengecualian berlaku secara retroaktif mulai pukul 12:01 EDT tanggal 5 April 2025.
Dalam daftar tersebut, setidaknya ada 20 kategori produk yang dikecualikan dari tarif tinggi, termasuk kode HS 8471—yang mencakup semua komputer, laptop, disk drive, perangkat pemrosesan data, semikonduktor, chip memori, dan panel layar datar.
Langkah ini menjadi angin segar bagi raksasa teknologi seperti Apple, Nvidia, dan Microsoft yang sebagian besar produksinya masih bergantung pada rantai pasokan dari China dan negara Asia lainnya.
"Masih ada volatilitas dalam negosiasi dagang AS-China, tetapi setidaknya industri teknologi bisa bernapas lebih lega hingga awal pekan depan," ujar Dan Ives, analis dari Wedbush Securities.
Trump juga diketahui mengecualikan sejumlah barang elektronik dari tarif dasar 10 persen yang berlaku terhadap impor dari negara lain, seperti Taiwan dan India.
Salah satu tujuannya adalah meringankan biaya impor iPhone yang kini juga diproduksi di India.
Namun, kebijakan ini tidak menghapus semua hambatan dagang. Tarif bea masuk 20 persen untuk semua impor dari China tetap diberlakukan, dan Trump dikabarkan tengah menyiapkan penyelidikan perdagangan baru untuk produk semikonduktor yang dapat memunculkan tarif lanjutan.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan bahwa kebijakan ini tidak mengubah sikap Trump terhadap ketergantungan AS pada China.
"Presiden Trump telah menegaskan bahwa Amerika tidak bisa terus bergantung pada China untuk teknologi penting seperti semikonduktor, chip, smartphone, dan laptop," katanya.
Dalam upaya mengantisipasi efek tarif, Apple bahkan dikabarkan telah menyewa penerbangan kargo dari India untuk mengirim 1,5 juta unit iPhone seberat 600 ton ke AS.