
Prakiraan Cuaca Sumut Hari Ini, Rabu 22 Oktober 2025: Sebagian Besar Wilayah Hujan Ringan
SUMUT Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca berawan hingga hujan ringan akan mendominasi sebagian bes
NasionalJAKARTA -Saraf terjepit bukanlah kondisi sepele yang bisa sembuh dengan sendirinya. Dokter spesialis saraf dari DRI Clinic, dr. Irca Ahyar, Sp.N, DFIDN, menegaskan bahwa pemulihan saraf terjepit membutuhkan terapi jangka panjang dan kesabaran tinggi.
Dalam keterangan resminya pada Selasa (27/5/2025), Irca menjelaskan bahwa banyak pasien keliru karena mengira nyeri akibat saraf terjepit akan hilang seiring waktu, padahal penyebab utamanya adalah perubahan struktur tulang belakang.
"Kalau strukturnya sudah berubah, maka nyeri akan terus berulang. Saraf yang terjepit tidak mungkin sembuh tanpa upaya perbaikan struktur tulang," tegasnya.
Saraf berbeda dengan jaringan lain seperti kulit. Menurut Irca, regenerasi saraf sangat lambat, sehingga terapi untuk memulihkan fungsinya tidak bisa dilakukan secara singkat.
"Separah apa pun saraf terjepit, selalu ada solusi treatment. Tapi jangan berharap hasil instan," ujarnya.
Salah satu kesalahan umum yang dilakukan pasien adalah berhenti terapi ketika nyeri mulai reda. Padahal, keluhan bisa kembali jika akar masalahnya—struktur tulang—belum diperbaiki.
Sebelum memperbaiki posisi tulang, dokter harus terlebih dahulu merelaksasi otot-otot sekitar tulang belakang yang menegang. Proses ini memakan waktu karena otot terdiri dari banyak lapisan yang tidak bisa dilonggarkan sekaligus.
"Setelah otot cukup rileks, barulah kita bisa mulai memperbaiki posisi tulangnya. Inilah kenapa terapinya panjang," kata Irca.
Operasi memang bisa menjadi opsi cepat untuk mengatasi jepitan saraf, namun tetap memiliki risiko nyeri pascaoperasi, sehingga terapi tetap dibutuhkan dalam jangka panjang untuk hasil yang optimal.
Irca mengingatkan bahwa pemulihan saraf terjepit bukan hanya soal menghilangkan gejala, tetapi memastikan saraf dapat kembali berfungsi secara maksimal dan mencegah risiko kelumpuhan lokal.
"Kalau jarak antar tulangnya belum cukup longgar, saraf masih bisa terjepit. Maka, rasa nyeri itu pun masih akan muncul," jelasnya.
Pasien diminta untuk tidak cepat puas hanya karena gejala mereda. Selama celah di antara ruas tulang belum diperbaiki, risiko kekambuhan akan tetap tinggi.
SUMUT Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca berawan hingga hujan ringan akan mendominasi sebagian bes
NasionalJAKARTA Pemerintah tengah menyiapkan peta jalan penggunaan etanol sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin hingga 10 perse
PemerintahanJAKARTA BARAT Polisi berhasil menggerebek pabrik ekstasi rumahan yang beroperasi di kawasan Kedoya Utara, Jakarta Barat. Dari lokasi, apa
Hukum dan KriminalBANDAR LAMPUNG Keluarga Aulia Rizky dan Indra Jayadi, pasangan korban penganiayaan yang terjadi pada Maret 2025, melaporkan oknum penyidi
Hukum dan KriminalKUTAI KARTANEGARA PT Pertamina EP (PEP) Sangasanga Field terus menegaskan komitmennya terhadap peningkatan kesehatan masyarakat melalui
PeristiwaJAKARTA Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan memastikan Indonesia akan menghentikan impor seluruh jenis garam mulai tahun 20
PemerintahanJAKARTA Pengguna aplikasi dompet digital DANA kini berkesempatan mendapatkan saldo gratis hingga ratusan ribu rupiah melalui fitur DANA K
PeristiwaJAKARTA Segelas air kelapa dingin tak hanya menyegarkan di tengah cuaca panas, tetapi juga menyimpan segudang manfaat kesehatan. adsense
KesehatanDENPASAR Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi air
PeristiwaJAKARTA Mahkamah Konstitusi (MK) menegaskan bahwa pengawasan penerapan sistem merit Aparatur Sipil Negara (ASN) harus dilakukan oleh lemb
Pemerintahan