JAKARTA -Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah pemudik tahun ini akan mencapai angka 146 juta jiwa, dengan puncak arus mudik yang diperkirakan terjadi pada H-3 atau 28 Maret 2025, dengan total pergerakan sekitar 12,1 juta orang.
Sementara itu, puncak arus balik diperkirakan akan terjadi pada H+5 atau 6 April 2025, dengan jumlah pergerakan mencapai 31,49 juta orang.
Menurut Direktur Sarana Transportasi Jalan Ditjen Hubdat Kementerian Perhubungan, Amirullah, potensi pergerakan selama libur Lebaran 2025 diprediksi mencapai 52% dari total jumlah penduduk Indonesia, atau sekitar 146,48 juta jiwa, dengan margin of error sebesar 2,7 persen.
"Selama masa Angleb 2025, kebijakan pengaturan mobilitas masyarakat akan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) di setiap moda transportasi," ujar Amirullah pada konferensi pers yang digelar Jumat (14/3/2025).
Ia juga menambahkan bahwa Kemenhub akan memastikan kesiapan sarana dan prasarana dengan melakukan Ramp Check terhadap semua sarana angkutan yang akan dioperasikan, termasuk pemeriksaan SDM yang terlibat.
Selain itu, Kemenhub mencatat adanya peningkatan signifikan pengguna angkutan umum pada Angkutan Lebaran Tahun 2024.
Peningkatan ini tercatat sebesar 9,84 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Moda transportasi jalan dan kereta api menjadi pilihan utama para pemudik, dengan kenaikan masing-masing sebesar 19,51% dan 13,61%.
Peningkatan ini dipicu oleh kualitas layanan yang membaik pada kedua moda tersebut, serta tarif yang relatif lebih terjangkau, terutama pada periode libur yang panjang.
Sementara itu, Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman) juga mengingatkan pentingnya keselamatan selama perjalanan mudik Lebaran 2025.
Mengutip data dari Korlantas Polri, pada musim mudik 2024, meskipun kasus kecelakaan turun 8%, masih tercatat sebanyak 3.286 kejadian.
Jarak Aman mengimbau agar pengendara senantiasa menjaga fokus dan kewaspadaan selama perjalanan untuk meminimalkan risiko kecelakaan.
Edo Rusyanto, Koordinator Jarak Aman, menekankan pentingnya berkonsentrasi saat berkendara untuk mewujudkan lalu lintas yang rendah risiko.
Ia juga mengingatkan pengemudi untuk tidak mengabaikan waktu istirahat, serta menjaga kondisi fisik agar perjalanan mudik menjadi aman dan nyaman.
Sementara itu, Jusri Pulubuhu, founder Jakarta Defensive Driving Center (JDDC), mengingatkan pemudik untuk mempersiapkan perjalanan jauh, termasuk memeriksa kondisi kendaraan dan memastikan kondisi fisik dalam keadaan prima.
Ia juga mengimbau agar pengemudi berhenti istirahat setiap 2–3 jam, minimal 15–30 menit, untuk menghindari kelelahan yang dapat membahayakan keselamatan.