BALI -Gubernur Bali, Wayan Koster, menyatakan akan segera bertemu dengan sejumlah tokoh Muslim, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta tokoh-tokoh dari NU dan Muhammadiyah, untuk membahas pelanggaran yang terjadi pada Hari Suci Nyepi, Sabtu (29/3).
Pelanggaran tersebut terjadi di wilayah Loloan Timur dan Loloan Barat, Jembrana, di mana masyarakat setempat terlihat beraktivitas di luar rumah, bersepeda, berkendara motor, dan bahkan berjualan, meskipun aturan Nyepi mewajibkan masyarakat Bali untuk tidak beraktivitas selama 24 jam.
Menurut Koster, tindakan tersebut tidak pantas dilakukan, dan dia menekankan bahwa kejadian serupa tidak boleh terulang di tahun depan.
"Nanti setelah Idul Fitri, saya akan bertemu dengan tokoh-tokoh Muslim, termasuk organisasi lainnya, untuk membahas ini dengan cara yang baik agar tidak menimbulkan persoalan baru," ujar Koster, Rabu (2/4/2025).
Koster juga mengungkapkan bahwa warga Muslim di Loloan, yang sebagian besar berasal dari etnis Bugis, telah lama menetap di Jembrana, bukan pendatang dari Jawa.
Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa pelanggaran terhadap tradisi dan peraturan adat Bali selama Nyepi harus disikapi dengan bijaksana.
Selain itu, Gubernur Koster juga menyoroti potensi masalah lain terkait arus balik Idul Fitri, khususnya terkait masuknya penduduk pendatang yang berpotensi melanggar aturan setempat.
Dia akan berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah terkait untuk mengantisipasi hal ini.