ANTALYA - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, membagikan kisah pribadi yang menyentuh saat berbicara dalam Antalya Diplomacy Forum (ADF) di Turki.
Di hadapan Presiden Recep Tayyip Erdoğan dan peserta forum, Prabowo mengungkapkan pengalamannya saat dipecat dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) karena diminta langsung oleh Presiden kala itu.
"Saya pernah menjadi tentara, seorang jenderal, memimpin pasukan terkuat di Indonesia. Tapi saya diminta mundur oleh Presiden saya. Secara langsung, saya dipecat. Namun, saya bersumpah menjunjung konstitusi. Maka saya menjawab: Siap, Pak! Tanpa ragu," ujar Prabowo, Jumat (11/4).
Menurut Prabowo, pengalamannya menunjukkan kepatuhan pada sistem dan demokrasi.
Ia menekankan bahwa demokrasi sejati terlihat dalam kemauan menerima kekalahan dan tetap percaya pada sistem pemilihan yang adil, merujuk pada pengalamannya mencalonkan diri dalam pemilihan presiden sebanyak empat kali dan kalah tiga kali sebelum akhirnya terpilih.
Kepercayaan pada Demokrasi dan Kekecewaan terhadap Diplomasi Global
Lebih lanjut, Prabowo menyuarakan kekecewaannya terhadap kondisi diplomasi global saat ini.
Ia menyebut bahwa dunia tengah menyaksikan pengulangan sejarah, seperti yang ditulis oleh sejarawan Yunani kuno, Thukidides: "Yang kuat melakukan apa yang mereka bisa, dan yang lemah harus menanggung akibatnya."
"Sangat menyedihkan melihat dunia di mana kekuatan menjadi penentu kebenaran," tegasnya.
Meski mengaku pesimis, Prabowo tetap meyakini bahwa diplomasi adalah satu-satunya jalan terbaik untuk menciptakan perdamaian.
Indonesia untuk Gaza: Solidaritas dan Aksi Nyata
Dalam pidatonya, Prabowo juga menyoroti penderitaan rakyat Gaza akibat konflik berkepanjangan.
Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak akan tinggal diam.
"Rakyat saya merasa bahwa serangan terhadap Gaza, Palestina, Lebanon, dan Suriah adalah serangan terhadap mereka sendiri," ujarnya.
Sebagai bentuk konkret, Indonesia telah mengirimkan tim medis dan bekerja sama dengan Uni Emirat Arab untuk membangun rumah sakit lapangan di Gaza, serta berkomitmen membangun fasilitas kesehatan tambahan di wilayah Tepi Barat dan Gaza.
Kesiapan Global dan Arah Baru Diplomasi
Prabowo juga memperingatkan bahwa negara-negara kini harus bersiap terhadap kemungkinan terburuk, termasuk pengalihan sumber daya untuk pertahanan.
Padahal, katanya, seharusnya sumber daya itu digunakan untuk menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.
Meski menghadapi realitas pahit, Prabowo menutup dengan satu pesan tegas:
"Saya tetap percaya diplomasi adalah jalan yang harus kita tempuh."