YOGYAKARTA — Di tengah polemik keaslian ijazahnya yang kembali mencuat, Presiden ke-7 RI Joko Widodo melakukan kunjungan silaturahmi ke rumah dosen pembimbing akademiknya saat kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Ir. Kasmudjo (75).
Momen hangat ini dibagikan Jokowi melalui akun Facebook resminya pada Selasa (13/5/2025).
Dalam unggahan tersebut, Jokowi menyampaikan rasa hormat dan syukurnya bisa bertemu kembali dengan Ir. Kasmudjo yang kini telah berusia 75 tahun namun masih tampak sehat dan penuh semangat.
"Hari ini, saya berkunjung untuk bersilaturahmi dengan Dosen Pembimbing Akademik saat kuliah di Fakultas Kehutanan UGM, Bapak Ir. Kasmudjo. Di usia 75 tahun, beliau masih sehat dan penuh semangat. Semoga Allah SWT senantiasa memberi kesehatan dan kekuatan kepada beliau," tulis Jokowi.
Dalam video yang beredar, Jokowi terlihat mencium tangan Ir. Kasmudjo, simbol penghormatan yang mendalam.
Keduanya tampak berbincang akrab di ruang tamu rumah sang dosen.
Kunjungan ini terjadi di tengah sorotan publik terkait tudingan ijazah palsu yang kembali ramai diperbincangkan.
Bahkan, Bareskrim Polri telah melakukan uji forensik terhadap ijazah Jokowi, menyusul laporan yang dilayangkan oleh pihak-pihak yang mempertanyakan keasliannya.
Presiden Prabowo Subianto pun turut menanggapi polemik tersebut dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara pada 5 Mei 2025.
Ia menyatakan keheranannya atas isu tersebut, bahkan sempat bergurau, "Nanti ijazah saya ditanya-tanya."
Sebelumnya, Jokowi telah mendatangi Polda Metro Jaya pada 30 April 2025 untuk melaporkan lima orang yang dianggap menyebarkan fitnah dan merendahkan martabatnya.
Mereka adalah Roy Suryo, Rismon Sianipar, dr. Tifa, Eggi Sudjana, dan Kurnia Tri Royani.
Jokowi menegaskan bahwa laporan tersebut merupakan bentuk pembelajaran bagi masyarakat agar tetap menjaga etika dalam menyampaikan kritik.
Ia juga menantang para terlapor untuk membuktikan tudingan mereka di pengadilan.
"Ya nanti dibuktikan lewat proses hukum. Kita lihat proses di pengadilan seperti apa," ujarnya.
Jokowi berharap isu ini menjadi momentum bagi semua pihak, khususnya para elite politik, untuk bersatu menghadapi tantangan bangsa di tengah kondisi global yang tidak menentu.
"Kita butuh kekompakan dan persatuan. Bukan saling menjatuhkan," tegasnya.*