JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan melakukan kunjungan kerja ke Federasi Rusia pada 18–20 Juni 2025, atas undangan khusus dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kunjungan ini dilakukan dalam rangka menghadiri Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) serta melaksanakan pertemuan bilateral tingkat tinggi yang dijadwalkan pada 19 Juni.
Kunjungan ini sekaligus menjadi bagian dari perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Rusia, yang selama lebih dari tujuh dekade telah terjalin dalam berbagai bidang strategis seperti pertahanan, energi, dan infrastruktur.
Anggota Komisi VI DPR Ahmad Labib menilai, kunjungan ini merupakan momentum penting untuk mendorong percepatan kerja sama ekonomi Indonesia dengan Rusia dan negara-negara blok Eurasian Economic Union (EAEU) — yakni Rusia, Belarus, Kazakhstan, Armenia, dan Kirgistan.
"Perjanjian dagang ini sangat strategis. Bukan hanya membuka akses pasar yang lebih luas bagi ekspor Indonesia, tapi juga menjadi pintu masuk bagi aliran investasi dan kolaborasi industri lintas negara," ujar Labib, Senin (16/6).
Labib menekankan, kemitraan ekonomi dengan EAEU akan memperkuat diversifikasi pasar Indonesia, yang selama ini masih bergantung pada Amerika Serikat dan Tiongkok.
Dalam pertemuan bilateral, pemerintah Indonesia diharapkan fokus pada implementasi konkret kerja sama di berbagai sektor seperti energi, infrastruktur, pertanian, pertahanan, dan digitalisasi industri.
"Investasi langsung dan transfer teknologi dari Rusia bisa menjadi pengungkit pertumbuhan di sektor-sektor prioritas nasional," lanjut Labib.
Selain pembahasan FTA, beberapa proyek strategis yang tengah dijajaki antara kedua negara meliputi:
Pembangunan kilang minyak,
Pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir,
Kerja sama industri pertahanan.
Ahmad Labib optimistis bahwa kerja sama ini akan membuka jalan menuju kemitraan jangka panjang yang saling menguntungkan dan mampu memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
"Dengan FTA dan sinergi proyek strategis, target peningkatan dua kali lipat volume perdagangan Indonesia–Rusia dalam lima tahun ke depan sangat mungkin tercapai," tutupnya.*