BREAKING NEWS
Rabu, 22 Oktober 2025

Muhammadiyah dan Semangat Hijrah: Moderasi Bukan Kompromi, tapi Strategi Peradaban

T.Jamaluddin - Minggu, 29 Juni 2025 16:54 WIB
Muhammadiyah dan Semangat Hijrah: Moderasi Bukan Kompromi, tapi Strategi Peradaban
Pengajian rutin Ahad Subuh yang digelar di Masjid Taqwa Muhammadiyah Banda Aceh, bersama Ustaz Dr. Hasan Basri, MA, Minggu (29/6). (Foto: T. Jamaluddin)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

BANDA ACEH- Dalam pengajian rutin Ahad Subuh yang digelar di Masjid Taqwa Muhammadiyah Banda Aceh, Ustaz Dr. Hasan Basri, MA menyampaikan ceramah bertajuk Moderasi dan Ideopolitor: Semangat Hijrah dalam Gerakan Muhammadiyah, Minggu (29/6).

Ceramah tersebut menyedot perhatian jamaah dengan membedah secara mendalam peran strategis moderasi dan konsep ideopolitor dalam dinamika gerakan Muhammadiyah.

Dalam pemaparannya, Ustaz Hasan menekankan bahwa moderasi dalam Islam bukanlah bentuk kelemahan atau kompromi terhadap prinsip, melainkan sebuah strategi aktif dan visioner dalam menjawab tantangan zaman.

"Moderasi adalah jalan tengah yang kokoh, bukan lunak. Ia menolak keras dua kutub ekstremisme: radikalisme yang membajak agama, dan liberalisme yang mencabut agama dari akarnya," ujarnya.

Menurutnya, Muhammadiyah memaknai moderasi sebagai cara menjalani ajaran Islam secara utuh, adil, seimbang, dan toleran, tanpa menanggalkan nilai-nilai dasar Al-Qur'an dan Sunnah.

Sikap moderat itu tercermin dalam dakwah yang mencerdaskan, dialog lintas sektoral yang membangun, serta keterlibatan aktif dalam mencari solusi atas persoalan umat dan kebangsaan.

Tak hanya soal moderasi, Ustaz Hasan juga mengupas tuntas konsep Ideopolitor, yakni strategi gerakan Muhammadiyah yang berlandaskan tiga pilar utama: ideologisasi, politik, dan otoritas.

"Ideologisasi berarti penanaman nilai Islam sebagai fondasi. Politik bukan dalam arti praktis atau kekuasaan, melainkan keterlibatan strategis membela kepentingan umat. Dan otoritas adalah independensi Muhammadiyah dalam menentukan arah gerakan, tanpa dikendalikan oleh kekuatan luar," jelasnya.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa pendekatan ideopolitor menjadi pilar penting dalam menjaga semangat tajdid atau pembaharuan yang menjadi ruh gerakan Muhammadiyah.

"Ini adalah ikhtiar menjaga keaslian gerakan Islam yang mencerahkan dan solutif di tengah arus zaman yang terus berubah," tambahnya.

Ceramah tersebut semakin menggugah ketika Ustaz Hasan mengaitkan gagasan moderasi dan ideopolitor dengan semangat hijrah Rasulullah SAW.

Hijrah, menurutnya, bukan sekadar perpindahan fisik dari Makkah ke Madinah, tetapi transformasi sosial menuju masyarakat yang berkeadaban.

"Di Madinah, Rasulullah membangun masyarakat baru yang menjunjung hukum, keadilan, kolaborasi lintas iman, dan toleransi," katanya.

Dalam konteks inilah, lanjut Ustaz Hasan, Muhammadiyah menjadikan moderasi dan ideopolitor sebagai pengejawantahan dari semangat hijrah itu sendiri, bergerak dari stagnasi menuju kemajuan, dari konflik menuju harmoni, serta dari keterbelakangan menuju peradaban baru.

Menutup pengajiannya, Ustaz Hasan menyatakan bahwa gerakan Muhammadiyah hari ini merupakan kelanjutan dari misi kenabian.

"Apa yang dilakukan Muhammadiyah bukanlah gerakan biasa. Ini adalah gerakan profetik yang bertujuan membentuk peradaban luhur berlandaskan nilai, ilmu, dan strategi damai. Inilah hijrah sejati," pungkasnya.

Pengajian Ahad Subuh ini menjadi pengingat akan pentingnya kontinuitas nilai-nilai Islam dalam gerakan modern, serta peneguhan kembali komitmen Muhammadiyah dalam membangun masyarakat Indonesia yang berkemajuan, adil secara sosial dan tercerahkan secara spiritual.*

Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru