Pernyataan ini disampaikan sebagai respons atas dorongan publik agar Nova Arianto tetap melatih Timnas U-17 setelah sukses meloloskan Garuda Muda ke Piala Dunia U-17 2025.
"Hak prerogatif pergantian pelatih ada di PSSI, dan kita menggunakan perhitungan yang kalkulatif. Tidak mungkin saya sendiri yang memutuskan, semua melalui proses evaluasi total," ujar Erick Thohir saat ditemui di Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, Senin (14/4/2025).
Ia menegaskan bahwa evaluasi dilakukan secara menyeluruh oleh Komite Eksekutif (Exco) PSSI dan bukan berdasarkan keinginan sesaat.
Erick mencontohkan proses pergantian pelatih Timnas senior dari Shin Tae-yong ke Patrick Kluivert yang juga melalui evaluasi strategis. Ia mengaku kecewa atas kekalahan Timnas dari China, namun menekankan bahwa evaluasi akan dilanjutkan usai laga melawan Arab Saudi.
"Saya kecewa berat atas hasil melawan China. Tapi evaluasi dilakukan setelah pertandingan melawan Arab Saudi, bukan keputusan mendadak," jelasnya.
Lebih lanjut, Erick meminta publik untuk tidak membanding-bandingkan pelatih dan menjaga moral para pemain muda.
"Nova adalah hasil pembinaan jangka panjang. Bahkan, ayahnya, Sartono Anwar, merupakan inspirasi besar bagi sepak bola Indonesia. Tapi kita perlu membangun sistem, bukan bergantung pada individu," tegas Erick.
Ia juga mengingatkan bahwa sepak bola nasional tidak boleh dikotori oleh polarisasi figur tertentu.
"Saya tidak ingin sepak bola nasional terbelah oleh figur. Kita harus membangun bersama secara sehat dan profesional," ujarnya.
Sebagai penutup, Erick mengajak warganet dan suporter untuk menjaga semangat para pemain muda dan tidak langsung menyalahkan mereka saat mengalami kekalahan.
"Kasihan anak-anak U-17 ini kalau kalah langsung di-bully. Saya bahkan minta Coach Nova untuk menonaktifkan medsos dulu. Tidak semua kuat tekanan media sosial. InsyaAllah saya masih kuat," pungkas Erick.*