BREAKING NEWS
Sabtu, 06 Desember 2025

Jejak Sejarah Kemajuan Bangsa

BITV Admin - Selasa, 11 November 2025 08:19 WIB
Jejak Sejarah Kemajuan Bangsa
Presiden RI ke-2 Soeharto. (Foto: ist/BITV)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Repelita II dan III menjadi tonggak penting tumbuhnya sektor industri nasional. Pemerintah mendirikan industri baja melalui PT Krakatau Steel, industri pupuk lewat PT Pupuk Sriwijaya dan PT Petrokimia Gresik, serta mengembangkan industri strategis seperti pesawat, kapal, dan senjata di bawah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Melalui kebijakan penguatan industri dalam negeri, Indonesia mulai dikenal sebagai negara industri baru di Asia Tenggara.

Mantan Presiden Soeharto juga menaruh perhatian besar kepada sektor pendidikan. Ribuan sekolah dasar dibangun melalui program inpres sekolah dasar, yang menjangkau hampir seluruh wilayah perdesaan.

Kebijakan wajib belajar dan pembangunan perguruan tinggi negeri baru telah memperluas akses pendidikan bagi masyarakat. Hasilnya, tingkat melek huruf meningkat tajam dan kualitas sumber daya insani mulai tumbuh sebagai penopang pembangunan.

Keberhasilannya yang paling nyata terlihat pada swasembada beras pada 1984, yang menjadikan Indonesia tidak lagi bergantung impor pangan. Kesuksesan itu bukan kebetulan, melainkan hasil desain kebijakan yang konsisten.

Pemerintah memperkenalkan program bimas (bimbingan massal) dan inmas (intensifikasi massal), menyalurkan pupuk bersubsidi, memperluas jaringan irigasi melalui Instruksi Presiden tentang Irigasi, dan menugasi Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menjaga stabilitas harga beras serta membeli hasil panen petani.

Mantan Presiden Soeharto menempatkan petani sebagai subjek pembangunan, bukan sekadar penerima kebijakan. Penyuluh pertanian dikirim ke desa-desa untuk mentransfer teknologi, sementara infrastruktur pertanian dibangun secara besar-besaran.

Dalam satu dekade, produktivitas padi meningkat hampir dua kali lipat. Indonesia yang semula dikenal sebagai pengimpor beras terbesar di Asia berubah menjadi negara yang mampu memenuhi kebutuhan sendiri.

Produksi beras nasional meningkat dari sekitar 12 juta ton pada akhir 1960-an menjadi hampir 30 juta ton pada 1984. Swasembada beras tidak hanya menunjukkan keberhasilan ekonomi, tetapi juga memperkuat ketahanan sosial dan kedaulatan nasional.

Mantan Presiden Soeharto membuktikan bahwa pembangunan yang berpihak kepada petani mampu menjadi tulang punggung kestabilan negara.

Ia juga mencatat keberhasilan besar di sektor energi. Sejak awal 1970-an, mantan Presiden Soeharto memperkuat sektor minyak dan gas bumi sebagai tulang punggung ekonomi nasional.

Dia memperkenalkan sistem kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC), sebuah model kemitraan antara negara dan investor yang tetap menempatkan kontrol di tangan pemerintah. Model itu kemudian menjadi standar global dan masih digunakan hingga saat ini.

Produksi minyak meningkat tajam dari 0,9 juta barel per hari pada 1970 menjadi 1,6 juta barel per hari pada 1977. Indonesia aktif dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC dan menjadi eksportir bersih minyak mentah selama lebih dari dua dekade.

Editor
: Adam
0 komentar
Tags
beritaTerkait
Timnas Indonesia U-17 Imbang 1-1 Lawan Honduras, Peluang Lolos Fase Gugur Kian Tipis
Menggugat Kepahlawanan yang Dilumuri Dosa Kemanusiaan
MPR Resmi Tutup Kisah Politik Soeharto & Gus Dur, Nama Baik Presiden Pulih
Peringati Hari Pahlawan, Wagub Sumut Ajak Pemuda Tumbuhkan Nasionalisme untuk Capai Indonesia Emas 2045
Ghozi Zulazmi: Hari Pahlawan Jadi Momen Merefleksikan Perjuangan Bangsa
Menjelang Hari Pahlawan, Prabowo Siap Umumkan 10 Penerima Gelar Pahlawan Nasional — Soeharto Masuk Daftar
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru