BREAKING NEWS
Jumat, 19 Desember 2025

Gerakan Anak Muda dan Politik Musiman

BITV Admin - Jumat, 19 Desember 2025 07:42 WIB
Gerakan Anak Muda dan Politik Musiman
Mahasiswa dari berbagai kampus menggelar aksi demonstrasi satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin, 20 Oktober 20225. (foto: Adi Ibrahim/CNN)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

Anak muda sejatinya tidak kehilangan semangat namun mereka kehilangan 'oksigen', daya yang krusial untuk keberlanjutan gerakan mereka.

Selain itu, ada faktor lain yang jarang sekali kita akui. Anak muda hari ini juga sedang menulis ulang definisi partisipasi politik itu sendiri, dan generasi sebelumnya sering tidak mengenalinya.

Gerakan anak muda bekerja dengan logika generasi yang berbeda dari organisasi tradisional. Mereka tidak membangun institusi, mereka membangun momen.

Mereka lebih percaya pada "once is enough impact" bahwa satu aksi kreatif bisa mengguncang kesadaran lebih kuat daripada dua tahun kegiatan rutin yang membosankan.

Bagi generasi muda, politik tidak selalu hadir sebagai demonstrasi atau tuntutan terbuka terhadap negara. Ia berlangsung di ruang-ruang yang lebih cair dan sering diremehkan seperti di ruang digital, seni jalanan, hingga praktik mutual aid saat bencana.

Aksi anak muda menggalang donasi, mengatur distribusi bantuan, dan membangun jejaring solidaritas bagi korban bencana di Sumatera menunjukkan bagaimana politik dijalankan sebagai tindakan langsung, sering kali lebih cepat daripada mekanisme negara.

Pada saat yang sama, mereka juga melancarkan kritik terhadap sikap pongah sebagian politisi dan legislator yang menjadikan bencana sebagai panggung elektabilitas. Dalam praktik ini, anak muda tidak sedang menjauh dari politik; mereka sedang menolak cara berpolitik yang pongah dan oportunistik.

Di mata sistem lama, semua ini tampak tidak konsisten, terlalu spontan, dan terlalu episodik. Padahal, anak muda tidak keluar dari politik; mereka memindahkan politik ke ruang yang lebih sesuai dengan bahasa dan ritme hidup mereka.

Ketika momen besar berlalu, publik melihat gerakan seolah mati. Padahal, mereka mungkin hanya berganti bentuk, menunggu momentum baru. Energinya tidak hilang, namun berubah wujud.

Mereka menciptakan bentuk-bentuk demokrasi yang baru yang lebih horizontal, interseksional, transnasional, terkadang sepenuhnya informal.

Nancy Fraser (1992) menyebut ruang-ruang semacam ini sebagai subaltern counterpublics, ruang-ruang alternatif yang dibangun oleh kelompok terpinggirkan untuk meredefinisi politik mereka sendiri.

Ruang yang dibentuk sebagai respon marginalisasi dari narasi dan ruang yang dominan saat ini. Gerakan anak muda hidup di ruang "pinggir" itu, karena ruang tengah tidak pernah benar-benar membuka pintu bagi mereka.

Editor
: Adelia Syafitri
0 komentar
Tags
beritaTerkait
PNBP dan Layanan Digital Jadi Penopang Kinerja Kemenkum 2025
Misteri Surat Aceh ke PBB dan Penanganan Bencana
Andi Jaka Sipahutar Kembali Nakodai DPC PDIP Tapanuli Selatan 2025–2030, Konsolidasi Partai Diperkuat
Rakerda PWI Sumut 2025 Dibuka, Wagub Ingatkan Kebebasan Pers Bukan Tanpa Batas
Domain .bali.id Resmi Diluncurkan, Bali Siap Bersinar di Kancah Internet Internasional
Bangun Karakter Unggul, Siswa SMAN 49 Jakarta Diajari Anti-Bullying dan Pencegahan Radikalisme
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru