BREAKING NEWS
Minggu, 19 Oktober 2025

Pusiba Diberi Mandat dari Kemenag untuk Seleksi Calon Mahasiswa Al-Azhar Kairo

BITVonline.com - Jumat, 21 Juni 2024 10:54 WIB
Pusiba Diberi Mandat dari Kemenag untuk Seleksi Calon Mahasiswa Al-Azhar Kairo
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA -Universitas Al-Azhar Kairo, sebagai pusat pendidikan Islam terkemuka di dunia, menjadi magnet bagi mahasiswa dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Namun, di balik gemerlap reputasinya, ada serangkaian syarat dan tantangan yang harus dihadapi oleh calon mahasiswa asal Indonesia sebelum mereka benar-benar diterima untuk mengikuti perkuliahan di sana.

Syarat utama yang harus dipenuhi adalah lulus matrikulasi bahasa Arab atau yang dikenal sebagai daurah lughoh. Dalam hal ini, calon mahasiswa memiliki dua pilihan jalur: mengikuti daurah di Mesir langsung atau melalui Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (Pusiba) di Indonesia. Pusiba, yang diberi mandat oleh Kementerian Agama RI, menjadi fasilitator utama dalam proses seleksi ini. Matrikulasi bahasa Arab di Pusiba diselenggarakan sebagai cabang dari Markaz Syaikh Zayed Al-Azhar Kairo, lembaga yang secara resmi mengelola matrikulasi bahasa Arab di Mesir.

Muhammad Misbahul Munir, Manajer Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab, menjelaskan bahwa program ini merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi sebelum calon mahasiswa dapat memulai studi di Al-Azhar Kairo. Proses seleksi tidak hanya meliputi uji kompetensi bahasa Arab oleh pihak Al-Azhar, tetapi juga uji wawasan kebangsaan oleh tim moderasi beragama Kementerian Agama RI. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa mahasiswa yang diterima tidak hanya memiliki kemampuan bahasa yang memadai tetapi juga memiliki pemahaman yang kuat akan nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan.

Meskipun matrikulasi bahasa Arab adalah prasyarat yang jelas, tantangan nyata muncul setelah mahasiswa Indonesia memasuki lingkungan pendidikan Al-Azhar Kairo. M. Nuruddin, seorang mahasiswa S3 Al-Azhar, dalam sebuah podcast menyoroti masalah keberadaan banyak mahasiswa Indonesia di sana yang tidak diimbangi dengan kompetensi ilmu dan niat belajar yang cukup. Nuruddin menyebut fenomena ini sebagai “pembeludakan yang tidak terkontrol”, yang menghasilkan stigma negatif terhadap alumni Al-Azhar dari Indonesia. Dia mencatat bahwa ada alumni yang meskipun lulus dari Al-Azhar, tetapi memiliki keterbatasan dalam membaca Quran dengan fasih atau menunaikan tugas-tugas agama lainnya dengan baik.

Polemik ini juga diakui oleh Syarif Hidayatullah, mahasiswa asal Kudus, Jateng, yang mengamini bahwa keberadaan mahasiswa Indonesia di Al-Azhar telah mengalami peningkatan yang signifikan, menciptakan tantangan baru dalam pembelajaran dan pengembangan pribadi di lingkungan akademik yang berbeda.

Dengan demikian, kualitas pendidikan di Al-Azhar Kairo tidak hanya ditentukan oleh lulusnya matrikulasi bahasa Arab, tetapi juga oleh komitmen untuk meningkatkan kualitas ilmu dan spiritualitas. Pihak berwenang, baik di Indonesia maupun di Mesir, perlu terus melakukan evaluasi dan perbaikan untuk memastikan bahwa mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Al-Azhar Kairo tidak hanya memenuhi syarat formal tetapi juga mampu memberikan kontribusi positif yang substansial bagi masyarakat dan negara.

Dengan pemahaman mendalam tentang tantangan dan persyaratan ini, diharapkan calon mahasiswa Indonesia dapat mempersiapkan diri secara optimal sebelum memulai perjalanan pendidikannya di Universitas Al-Azhar Kairo. Ini adalah langkah penting menuju pembentukan generasi intelektual yang mampu menghadapi tantangan global dengan kemampuan dan nilai-nilai yang kuat.

(N/014)

0 komentar
Tags
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru