SAMOSIR – Fenomena perubahan warna air Danau Toba yang mendadak keruh menjadi perbincangan hangat di media sosial, terlebih karena bertepatan dengan agenda revalidasi Toba Caldera sebagai UNESCO Global Geopark yang berlangsung pada 21–25 Juli 2025.
Dalam video yang viral di berbagai platform digital, tampak permukaan air Danau Toba berwarna cokelat keruh, seperti dialiri lumpur.
Peristiwa ini disebut terjadi pada Minggu, 20 Juli 2025, dan memicu beragam reaksi warganet.
"Air Danau Toba berubah warna jadi kayak air paret," bunyi narasi video yang turut menyebar luas.
Menanggapi fenomena ini, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir, Tetty Naibaho, menjelaskan bahwa perubahan warna air Danau Toba disebabkan oleh cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
"Kalau saya melihat, keruhnya air danau disebabkan oleh ombak besar akibat angin kencang," kata Tetty, Senin (21/7).
Ia menambahkan bahwa kondisi tersebut bukanlah hal yang permanen dan akan membaik seiring dengan membaiknya cuaca.
"Fenomena ini sudah terjadi sejak Mei. Ketika cuaca kembali normal, air danau juga akan kembali jernih," ujarnya menenangkan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara, Yudha Pratiwi, turut memberikan keterangan terkait dampak visual Danau Toba terhadap penilaian tim asesor UNESCO dalam agenda revalidasi Toba Caldera sebagai Global Geopark.
"Memang dalam area kunjungan asesor terdapat satu titik yang saat ini airnya keruh. Namun kami berharap fenomena ini tidak memengaruhi penilaian keseluruhan, khususnya untuk status green card," ungkap Yudha.
Pihak Pemprov Sumut bersama pemangku kepentingan pariwisata daerah tetap optimistis bahwa kekayaan geologi, budaya, dan keindahan alam Danau Toba tetap menjadi nilai utama dalam penilaian.*