BREAKING NEWS
Sabtu, 14 Juni 2025

Pemprov Jabar Gandeng BMKG Pasang Radar Antibencana, Gubernur Dedi Mulyadi Sebut Jabar Minimarket Bencana

Justin Nova - Rabu, 12 Maret 2025 18:14 WIB
122 view
Pemprov Jabar Gandeng BMKG Pasang Radar Antibencana, Gubernur Dedi Mulyadi Sebut Jabar Minimarket Bencana
Dedi Mulyadi
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAWA BARAT -Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk membeli alat radar antibencana guna meningkatkan upaya mitigasi bencana di provinsi tersebut.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan pentingnya alat tersebut mengingat Jawa Barat adalah daerah yang rawan bencana, bahkan dijuluki sebagai "minimarket bencana."

"Oh ya, jadi gini. Jawa Barat itu kan daerah yang kalau bahasa Pak Mendagri itu namanya minimarket bencana," kata Dedi Mulyadi saat melakukan kunjungan di Gedung BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (12/3/2025).

Baca Juga:

"Karena minimarket bencana, maka saya harus banyak pasang radar anti bencana," tambahnya.

Meski belum mengungkapkan berapa anggaran yang digelontorkan untuk membeli alat radar ini, Dedi menyebutkan bahwa langkah tersebut adalah bentuk pertanggungjawaban Pemprov Jabar terhadap bencana yang sering terjadi.

Baca Juga:

"Karena itu, ini adalah kesalahan kita semua.

Sehingga saya katakan, sekarang ini saatnya kita melakukan tobat ekologi. Dan saya lagi bertobat dengan cara menggandeng BMKG," ujarnya.

Dedi juga mengungkapkan bahwa melalui pembelajaran dari BMKG, dirinya semakin memahami penyebab bencana, seperti banjir besar yang terjadi di Bekasi beberapa waktu lalu.

"Saya tadi sudah dapat pengetahuan dari Ibu (Kepala BMKG Dwikorita Karnawati) mengenai kenapa sih sekarang yang hanya (hujan intensitas) 20-30 mm kok longsor? Kenapa kok banjir?" ujarnya.

Menurut Dedi, salah satu penyebab utama bencana adalah kerusakan lingkungan, seperti hilangnya pohon-pohon endemik di wilayah Sukabumi yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan alam.

"Pohon-pohon endemik alaminya sudah tidak ada. Dijadikan areal pertanian, dijadikan areal pertambangan," jelasnya. Selain itu, penyempitan sungai dan pembangunan di bantaran sungai juga berkontribusi terhadap terjadinya bencana. "Sungai kini dipersempit dan bahkan didirikan bangunan di bantarannya," kata Dedi.

Dedi Mulyadi menegaskan pentingnya perubahan kebiasaan masyarakat dalam menjaga lingkungan agar bencana dapat diminimalisir.

Editor
: Justin Nova
Tags
beritaTerkait
Kualitas Udara Jakarta Masuk Kategori Tidak Sehat, Peringkat Kedua Terburuk Dunia
Pemprov Sumut Ingatkan Operator Kapal di Danau Toba: Stop Berlayar Saat Angin Kencang
Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Tanimbar Maluku, Tidak Berpotensi Tsunami
BMKG: Waspadai Potensi Hujan di Jabodetabek Hari Ini, 12 Juni 2025
Ini Daftar Daerah di Sumut yang Berpotensi Terdampak Angin Kencang Hingga 12 Juni, Warga Diminta Waspada!
Cuaca Bali Hari Ini: Kabut di Pegunungan Bangli, Hujan Ringan Mengintai Timur Bali
komentar
beritaTerbaru