Bobby Nasution: Banyak Pendukung PDIP Pilih Saya Karena Lihat Sosok dan Program Kami

Medan – Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution-Surya, unggul signifikan dalam hasil survei terbaru yang dirilis oleh Indikator Politik Indonesia. Survei ini menyoroti keunggulan pasangan nomor urut 1 dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumut 2024. Dalam survei yang dilakukan pada 28 Oktober hingga 3 November 2024 dengan melibatkan 2.290 responden, Bobby-Surya meraih dukungan mayoritas dari berbagai elemen pemilih, termasuk dari basis PDIP yang menjadi pengusung utama pasangan Edy Rahmayadi-Hasan Basri.

Bobby Nasution, yang juga menantu Presiden Joko Widodo, mengatakan bahwa keberhasilan elektabilitasnya tak lepas dari perhatian masyarakat terhadap program dan sosok yang ia tawarkan dalam Pilgub Sumut 2024. “Mudah-mudahan masyarakat melihat program dan sosok kami. Itu yang kami harapkan,” kata Bobby dalam acara di Kabupaten Humbang Hasundutan, Jumat (8/11/2024).

Survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia menunjukkan keunggulan besar pasangan Bobby-Surya, dengan dukungan yang sangat solid dari partai-partai pengusung. Berdasarkan temuan survei, Bobby meraih dukungan yang sangat tinggi dari partai-partai besar, terutama Gerindra dan Golkar. Gerindra mendukung pasangan Bobby-Surya dengan angka mencapai 71,8%, sementara Golkar memberikan dukungan sebesar 69,5%.

Namun, yang paling mencolok adalah temuan mengenai pemilih PDIP di Sumatera Utara. Sebagai partai utama pengusung pasangan Edy Rahmayadi-Hasan Basri, PDIP justru lebih banyak memberikan dukungan kepada pasangan Bobby-Surya. Sebanyak 59,6% pemilih PDIP di Sumut memilih Bobby-Surya, sementara hanya 33,8% yang memilih pasangan Edy-Hasan. Hal ini menunjukkan adanya ketidaksempurnaan dalam konsolidasi suara di tubuh PDIP, terutama di tingkat akar rumput.

Peneliti Utama Indikator Politik, Hendro Prasetyo, menjelaskan bahwa hasil survei ini menunjukkan betapa solidnya dukungan untuk pasangan Bobby-Surya dibandingkan dengan pasangan Edy-Hasan. “Temuan survei ini sangat jelas, pemilih PDIP di Sumut lebih banyak yang mendukung Bobby-Surya,” ujar Hendro dalam konferensi pers di Jakarta pada Jumat (8/11/2024).

Lebih lanjut Hendro menjelaskan, dalam simulasi dua pasangan calon, Bobby-Surya memperoleh 62% dukungan suara, sedangkan Edy-Hasan hanya mendapatkan 29,1%. Bahkan dalam simulasi top of mind, di mana responden diminta untuk menyebutkan calon Gubernur yang mereka pilih tanpa melihat daftar nama, Bobby Nasution berhasil meraih suara hingga 50,6%, sementara Edy Rahmayadi hanya meraih 24,5%.

Survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia ini menggunakan metodologi multistage random sampling, dengan margin of error sekitar 2,5% pada tingkat kepercayaan 95%. Burhanuddin Muhtadi, pendiri dan peneliti utama Indikator, menegaskan bahwa hasil survei ini mencerminkan perubahan signifikan dalam peta dukungan politik di Sumatera Utara menjelang Pilgub 2024.

Pasangan Bobby Nasution-Surya memang sudah dikenal luas di kalangan masyarakat Sumatera Utara, terutama dengan kedekatan Bobby yang merupakan menantu Presiden Jokowi. Keberhasilan Bobby meraih dukungan yang kuat dari berbagai kalangan menambah keyakinan banyak pihak bahwa dirinya memiliki peluang besar dalam memenangkan Pilgub Sumut 2024.

Sementara itu, pasangan Edy Rahmayadi-Hasan Basri masih harus bekerja keras dalam mempertahankan soliditas dukungan dari PDIP dan partai-partai pengusung lainnya. Meskipun Edy Rahmayadi merupakan petahana yang telah menjabat sebagai Gubernur Sumut, hasil survei ini menunjukkan tantangan besar dalam mempertahankan dominasi politiknya di Sumatera Utara.

Dukungan terhadap Bobby-Surya yang meluas ini semakin menguatkan posisi pasangan tersebut dalam kontestasi Pilgub Sumut. Partai-partai pengusung Bobby-Surya, termasuk Gerindra dan Golkar, tentu akan semakin bersemangat untuk mengoptimalkan kampanye dan memenangkan Pemilihan Gubernur pada 2024 mendatang.

Kendati demikian, meskipun Bobby unggul dalam hasil survei, proses politik masih panjang dan banyak dinamika yang akan memengaruhi hasil akhir. Terlebih, dengan adanya ketidaksolidan di tubuh PDIP yang dapat memengaruhi preferensi pemilih di lapangan, serta potensi pergeseran dukungan dalam beberapa bulan mendatang. (JOHANSIRAIT)