Konflik Masyarakat Adat dan Polisi di Depan Polda Sumut Ricuh

MEDAN – Sebuah adegan tegang terurai di depan Polda Sumut, Senin (25/3/2024), ketika demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat adat berujung pada benturan dengan aparat keamanan. Ricuh pecah di depan gerbang polisi ketika para demonstran berusaha memasuki area tersebut, bertolak belakang dengan keinginan tegas pihak kepolisian untuk membubarkan kerumunan.

Mulanya, aksi protes itu berlangsung damai, hingga panggilan pengeras suara dari Kepala Pelayanan Masyarakat (Kayanma) Polda Sumut, AKBP Reza Fahlevi, mengubah suasana menjadi tegang. Permintaan untuk membubarkan diri segera disuarakan, dengan tuduhan bahwa massa tidak memiliki izin untuk berdemonstrasi di tempat tersebut.

Konflik semakin memanas saat penolakan dari massa terdengar jelas, dengan saling dorong antara demonstran dan personel kepolisian yang berjaga di depan pintu gerbang. Adu mulut pun tak terhindarkan, menciptakan suara gemuruh di antara kerumunan. Meski Polisi berusaha menegakkan otoritasnya, menawarkan fasilitasi untuk perwakilan massa menyampaikan aspirasi, namun tawaran itu ditolak mentah-mentah.

Penangkapan yang dilakukan Ditreskrimsus Polda Sumut terhadap Sorbatua Siallagan menjadi bahan perdebatan utama. Meskipun polisi mempertegas bahwa tindakan penangkapan itu telah dilakukan secara profesional, masyarakat adat tetap menegaskan keberatannya. Kericuhan semakin meruncing ketika hujan turun, namun semangat massa tak surut meskipun dihadang oleh peningkatan jumlah personel keamanan yang membawa alat pengaman dan bahkan pelontar gas air mata.

Hingga berita ini diturunkan, ketegangan masih terasa di udara, menciptakan bayang-bayang ketidakpastian di sepanjang jalan yang diliputi oleh derai hujan. Demonstrasi yang dimulai dengan tuntutan akan keadilan berubah menjadi panggung pertarungan di atas aspal, menandai sebuah kejadian yang meninggalkan bekas bagi kedua belah pihak.

(AS)