
Puan Maharani Tegaskan Tak Ada Kenaikan Gaji DPR, Hanya Kompensasi Rumah Jabatan
JAKARTA Ketua DPR RI Puan Maharani membantah kabar yang menyebut adanya kenaikan gaji anggota DPR RI menjadi Rp 3 juta per hari atau sek
NasionalJAKARTA – Pernah merasa udara malam terasa lebih dingin saat langit begitu cerah tanpa awan?
Ternyata, itu bukan sekadar perasaan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi bahwa fenomena tersebut memang memiliki penjelasan ilmiah yang masuk akal.
Unggahan di media sosial yang membahas hal ini sempat menarik perhatian publik pada awal Maret lalu.
Baca Juga:
Dalam unggahan tersebut dijelaskan bahwa langit cerah tanpa awan menyebabkan panas dari permukaan Bumi cepat menghilang karena tidak ada awan yang menahannya.
Akibatnya, udara malam terasa jauh lebih dingin.
Baca Juga:
Keterangan ini dibenarkan oleh Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani.
Ia menjelaskan bahwa langit cerah tanpa awan memang menjadi salah satu penyebab utama turunnya suhu udara secara drastis pada malam hari.
"Langit cerah tanpa awan memungkinkan radiasi permukaan Bumi cepat menghilang saat malam hari, menyebabkan pendinginan yang cukup ekstrem di permukaan," ujar Ida, Jumat (15/8/2025).
Penurunan suhu ekstrem saat malam hari tersebut dikenal dengan istilah bediding, sebuah istilah lokal yang merujuk pada kondisi udara sangat dingin di malam hingga pagi hari, terutama saat puncak musim kemarau.
"Fenomena ini lazim terjadi pada bulan Juli hingga Agustus, dan umumnya lebih terasa di wilayah dataran tinggi seperti Dieng, Bromo, atau Ruteng," jelas Ida.
Meskipun begitu, bediding juga dapat dirasakan secara luas di wilayah selatan khatulistiwa, termasuk Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
BMKG mencatat setidaknya tiga faktor utama yang memicu fenomena bediding, yaitu:
1. Angin Timuran dari Australia
Angin ini bersifat kering dan dingin, terjadi karena aktifnya monsun dingin Australia pada periode Juni–Agustus.
2. Langit Cerah Tanpa Awan
Tidak adanya awan membuat panas dari Bumi langsung terlepas ke atmosfer luar, tanpa penghalang, sehingga suhu udara turun drastis.
3. Kelembapan Udara yang Rendah
Udara kering tidak mampu menahan panas seefektif udara lembap, sehingga suhu permukaan cepat menurun saat malam tiba.
BMKG memperkirakan bahwa fenomena bediding akan berlangsung hingga awal September 2025, seiring masih berlangsungnya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan.
Meski bukan kondisi berbahaya, masyarakat diimbau untuk tetap waspada, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia, agar tidak mengalami gangguan kesehatan akibat suhu dingin ekstrem.*
(km/a008)
JAKARTA Ketua DPR RI Puan Maharani membantah kabar yang menyebut adanya kenaikan gaji anggota DPR RI menjadi Rp 3 juta per hari atau sek
NasionalMEDAN Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan India, Grand Mercure Angkasa Medan, bagian dari jaringan Accor Hotels, menggelar acara sp
Seni dan BudayaMEDAN Fasilitas Kesehatan (Faskes) yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan yang menolak peserta BPJS Kesehatan untuk berobat, merupaka t
KesehatanBINJAI Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke80 Kemerdekaan Republik Indonesia, sebanyak 1.227 narapidana di Lembaga Pemasyarakata
PemerintahanJAKARTA Karnaval peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke80 Republik Indonesia resmi dibuka oleh Presiden Prabowo Subianto di kawasan Monumen
NasionalJEMBARANA Wakil Kepala Kepolisian Resor (Waka Polres) Jembrana, Kompol I Ketut Darta, S.H., M.H., menghadiri Upacara Pengibaran Bendera Me
NasionalJAKARTA Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menyoroti momen kebersamaan tiga Presiden Republik IndonesiaSusilo
NasionalBLORA Kebakaran hebat melanda sebuah sumur minyak di Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, pada Minggu (17/8/2025)
PeristiwaJAKARTA Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara resmi melepas Karnaval HUT ke80 Kemerdekaan RI yang digelar di kawasan Monu
NasionalJAKARTA Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan menyatakan bahwa mantan Ketua DPR RI, Setya
Nasional