BREAKING NEWS
Senin, 18 Agustus 2025

Langit Cerah, Malam Makin Dingin? Ini Penjelasan Ilmiah dari BMKG

Adelia Syafitri - Sabtu, 16 Agustus 2025 15:11 WIB
Langit Cerah, Malam Makin Dingin? Ini Penjelasan Ilmiah dari BMKG
Langit malam. (foto: Pinterest)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

JAKARTA – Pernah merasa udara malam terasa lebih dingin saat langit begitu cerah tanpa awan?

Ternyata, itu bukan sekadar perasaan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi bahwa fenomena tersebut memang memiliki penjelasan ilmiah yang masuk akal.

Unggahan di media sosial yang membahas hal ini sempat menarik perhatian publik pada awal Maret lalu.

Baca Juga:

Dalam unggahan tersebut dijelaskan bahwa langit cerah tanpa awan menyebabkan panas dari permukaan Bumi cepat menghilang karena tidak ada awan yang menahannya.

Akibatnya, udara malam terasa jauh lebih dingin.

Baca Juga:

Keterangan ini dibenarkan oleh Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani.

Ia menjelaskan bahwa langit cerah tanpa awan memang menjadi salah satu penyebab utama turunnya suhu udara secara drastis pada malam hari.

"Langit cerah tanpa awan memungkinkan radiasi permukaan Bumi cepat menghilang saat malam hari, menyebabkan pendinginan yang cukup ekstrem di permukaan," ujar Ida, Jumat (15/8/2025).

Penurunan suhu ekstrem saat malam hari tersebut dikenal dengan istilah bediding, sebuah istilah lokal yang merujuk pada kondisi udara sangat dingin di malam hingga pagi hari, terutama saat puncak musim kemarau.

"Fenomena ini lazim terjadi pada bulan Juli hingga Agustus, dan umumnya lebih terasa di wilayah dataran tinggi seperti Dieng, Bromo, atau Ruteng," jelas Ida.

Meskipun begitu, bediding juga dapat dirasakan secara luas di wilayah selatan khatulistiwa, termasuk Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

BMKG mencatat setidaknya tiga faktor utama yang memicu fenomena bediding, yaitu:

1. Angin Timuran dari Australia

Angin ini bersifat kering dan dingin, terjadi karena aktifnya monsun dingin Australia pada periode Juni–Agustus.

2. Langit Cerah Tanpa Awan

Tidak adanya awan membuat panas dari Bumi langsung terlepas ke atmosfer luar, tanpa penghalang, sehingga suhu udara turun drastis.

3. Kelembapan Udara yang Rendah

Udara kering tidak mampu menahan panas seefektif udara lembap, sehingga suhu permukaan cepat menurun saat malam tiba.

BMKG memperkirakan bahwa fenomena bediding akan berlangsung hingga awal September 2025, seiring masih berlangsungnya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan.

Meski bukan kondisi berbahaya, masyarakat diimbau untuk tetap waspada, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia, agar tidak mengalami gangguan kesehatan akibat suhu dingin ekstrem.*

(km/a008)

Editor
: Paul Antonio Hutapea
Tags
beritaTerkait
Gempa Magnitudo 6,0 Guncang Poso, Sulawesi Tengah: BMKG Imbau Warga Tetap Waspada
Prakiraan Cuaca Bali Hari Ini, Minggu 17 Agustus 2025: Cerah Mendominasi
Prakiraan Cuaca DIY Hari Ini, Minggu 17 Agustus 2025: Cerah Mengiringi Peringatan Hari Kemerdekaan
Prakiraan Cuaca Jawa Barat Hari Ini, Minggu 17 Agustus 2025: Cerah Berawan Mendominasi, Suhu Nyaman untuk Aktivitas Peringatan Kemerdekaan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Minggu 17 Agustus 2025: Sebagian Besar Wilayah Berawan
Prakiraan Cuaca Aceh Hari Ini, Minggu 17 Agustus 2025: Sebagian Besar Wilayah Cerah Berawan
komentar
beritaTerbaru