Cianjur – Situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, merupakan punden berundak terbesar di Indonesia dan menjadi salah satu situs megalitikum tertua di dunia. Situs ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional (CBN) dan dianggap sebagai bukti penting peradaban kuno Nusantara. Walau disebut Gunung Padang, lokasi situs ini bukan di Padang, Sumatera Barat, melainkan di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Dengan ketinggian 885 meter di atas permukaan laut (MDPL), Gunung Padang menawarkan keindahan alam sekaligus nilai sejarah yang luar biasa. Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menegaskan pentingnya penelitian lebih lanjut terhadap Situs Gunung Padang. Ia berharap kolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dapat membantu mengungkap lebih banyak fakta sejarah terkait situs ini. “Banyak yang berpendapat Situs Gunung Padang ini sudah ada sejak belasan hingga puluhan ribu tahun lalu. Kolaborasi dengan BRIN diharapkan mampu mengungkap sejarah dan jejak peradaban nenek moyang kita,” ujar Fadli Zon, Kamis (2/1/2025).
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX, Retno Raswaty, menyebutkan bahwa Situs Gunung Padang adalah aset budaya yang sangat berharga.
“Kami berkomitmen mendukung pelestarian dan pengembangan situs ini agar generasi mendatang dapat terus menikmati dan mempelajari warisan budaya kita,” ungkap Retno. Ia juga berharap situs ini dapat dinobatkan sebagai Warisan Dunia UNESCO. Gunung Padang pertama kali ditemukan pada tahun 1914 oleh Nicolaas Johannes Krom, seorang peneliti yang melaporkan keberadaan situs ini dalam tulisannya, Rapporten Oudheidkundige Dienst. Kompleks ini mencakup area seluas sekitar 291.800 meter persegi dan terdiri dari lima teras dengan struktur punden berundak khas zaman megalitikum. Nama “Padang” berasal dari akronim bahasa lokal yang berarti “Tempat Agung Para Leluhur”. Situs Gunung Padang diharapkan tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga pusat edukasi tentang peradaban kuno Indonesia. “Kita ingin Situs Gunung Padang menjadi tempat yang memberikan banyak informasi tentang peradaban masa lalu,” tutup Fadli Zon.