BREAKING NEWS
Rabu, 08 Oktober 2025

Walau Tak Didukung Gubernur dan Bupati, Hari Ulos Tetap Dirayakan di Titik Nol Peradaban Batak

Abyadi Siregar - Rabu, 08 Oktober 2025 12:36 WIB
Walau Tak Didukung Gubernur dan Bupati, Hari Ulos Tetap Dirayakan di Titik Nol Peradaban Batak
Ketua Yayasan Pusuk Buhit Efendy Naibaho (foto: as)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

MEDAN - Walau tidak mendapat perhatian serius dari Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Bobby Nasution dan Bupati Samosir Vandiko T Gultom, peringatan Hari Ulos pada 17 Oktober 2025 tahun ini, tetap akan dirayakan. Tempatnya dipusatkan di Titik Nol Peradaban Batak, persisnya di Limbong, Sianjurmula – mula, Samosir, Sumut.

Ketua Yayasan Pusuk Buhit Efendy Naibaho bersama Marihot Simbolon, Sekeretaris Panitia Hari Ulos 2025 menjelaskan, peringatannya sangat sederhana. Selain tidak mendapat dukungan dari gubernur dan bupati dan keterbatasan anggaran, juga menyahuti ajakan Presiden Prabowo Subianto untuk penghematan. "Efisiensi anggaran", ujar Efendy Naibaho, Rabu (08/10/25) di Rumah Makan Sederhana, Pangururan.

Di Tanah Batak, khususnya Samosir, Hari Ulos pernah diperingati di Perkampungan Si Raja Batak dengan rute keliling Pusuk Buhit, pernah juga dilepas dari Jembatan Tano Ponggol seterusnya keliling Tanah Batak dengan finish Jakarta untuk mengelilingi Monas dan lainnya peringatan di Medan, Balige, Siborong-borong, Siantar dan lainnya.

Baca Juga:

Ulos merupakan karya warisan budaya dari masyarakat Suku Batak yang berasal dari daerah Sumut. Ada banyak makna dan simbol ulos dalam adat istiadat Batak. Ulos merupakan salah satu karya Batak di peradaban tertua Asia yang sudah ada sejak 4.000 tahun lalu. Bahkan, ulos telah ada sejak bangsa Eropa mengenal tekstil.

Sampai saat ini, ulos juga selalu digunakan orang Batak dalam upacara adat, pernikahan hingga kematian. Uniknya, bagi masyarakat Batak di kawasan Danau Toba, ulos dijadikan simbol adat yang mengandung nilai sakral dan tradisinya masih dijaga hingga kini.

Menurut sejarahnya, ulos secara harifiah artinya selimut. Sesuai dengan nenek moyang suku Batak yang dulunya adalah orang gunung. Sehingga mereka memerlukan ulos sebagai penghangat tubuh yang nyaman dan mudah digunakan.

Terdapat pula tiga simbol yang diyakini nenek moyang orang Batak yang mengandung makna kehidupan seorang manusia, yakni darah, nafas dan kehangatan. Sehingga kehangatan termasuk salah satunya.

Maka asal kehangatan pada simbol tersebut adalah Matahari, Api dan Ulos. Di antara pilihan tersebut, ulos menjadi pilihan penghangat yang paling praktis karena bisa dipakai dimanapun dan kapanpun.

Ulos memiliki nilai budaya yang tinggi di tengah masyarakat Batak, terbukti dari ulos yang selalu hadir di kegiatan adat Batak seperti upacara pernikahan, kelahiran, dan dukacita. Bahkan muncul istilah dalam penggunaan ulos yakni mangulosi.

Tradisi mangulosi adalah kegiatan adat Batak, dimana terjadi proses mengalungkan kain ulos ke pundak orang lain. Merunut sejarahnya, mangulosi mengandung makna yang memberi perlindungan dari segala gangguan.

Terdapat berbagai macam jenis Ulos Batak yang dipakai dengan makna dan penggunaannya yang berbeda dalam kegiatan adat, seperti dilansir dari laman resmi Universitas Stekom.*

Editor
: Redaksi
0 komentar
Tags
beritaTerkait
PDIP Pecat Jokowi, Gibran Rakabuming, dan Bobby Nasution: Ini Isi Keputusan Pemecatannya
Sahabat Bobby Nasution Bagikan Tumbler kepada Ibu-Ibu Pengajian dalam Acara Maulid Nabi di Batu Bara
komentar
Masuk untuk memberikan atau membalas komentar.
beritaTerbaru