BITVONLINE.COM -Di tengah peringatan Hari Pendidikan Nasional 2025, sosok Op. Guru Jason Saragih kembali menjadi pusat perhatian masyarakat Simalungun.
Ia bukan hanya pelopor pendidikan di tanah Simalungun, namun juga simbol perjuangan dan dedikasi tanpa pamrih bagi kemajuan generasi muda.
Lahir pada tahun 1883 di Nagakasiangan, kini bagian dari Kabupaten Serdang Bedagai, Jason Saragih adalah putra dari Balim Saragih dan Urow br Purba. Ayah dan kakeknya, Mula Saragih, dikenal sebagai Panglima Raja Raya.
Sejak muda, Jason dikenal memiliki keahlian bela diri (pandihar) dan sempat menjabat sebagai mandor dalam proyek pembangunan jalan Hutailing-Tiga Runggu-Pematang Raya hingga Pematang Siantar atas penunjukan pemerintah kolonial Belanda.
Namun panggilan jiwanya sebagai pendidik membuatnya mengambil keputusan besar.
Ia meninggalkan jabatannya dan mendatangi Pendeta August Theis, penginjil Eropa pertama di Simalungun, untuk dibaptis dan kemudian berangkat ke Seminari Depok, Jawa Barat, pada 1 Juli 1911 demi menempuh pendidikan guru.
Empat tahun menempuh studi, ia kembali ke Simalungun sebagai guru bantu di Zending Volkschool Pematang Raya, dan kemudian menjadi kepala sekolah di Zendings Vervolgschool.
Jason dikenal sebagai guru yang tidak hanya mengajar di kelas, namun juga menjemput murid-muridnya dari rumah agar mereka tidak putus sekolah.
Pada 3 September 1928, ia mendirikan "Komite Na Ro Marpondah" bersama tokoh-tokoh lokal, dan menerjemahkan buku-buku pelajaran ke dalam bahasa Simalungun.
Komitmennya terhadap pendidikan berlangsung selama 43 tahun hingga pensiun pada 1 Februari 1958.
Jason Saragih menikahi Maria br Damanik pada 1926 dan dikaruniai 10 anak, yang seluruhnya kini telah wafat.