
Pemerintah Siapkan 1 Juta Hektare Lahan, Zulhas Optimistis Produksi Etanol Capai Target BBM 10%
JAKARTA Pemerintah tengah menyiapkan peta jalan penggunaan etanol sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin hingga 10 perse
PemerintahanJAKARTA -Perjalanan pasar saham Indonesia kini kembali mengarah ke kondisi fundamental ekonomi yang tengah lesu.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terperosok pada akhir perdagangan Jumat (21/3/2025), dengan penurunan 1,94% pada level 6.258,18, setelah sebelumnya mengalami kenaikan semu yang tidak didukung oleh kondisi ekonomi yang solid.
Pada perdagangan dua hari sebelumnya, IHSG sempat merangkak naik, namun kenaikan tersebut didorong oleh saham-saham konglomerat besar Indonesia, seperti yang dimiliki oleh Prajogo Pangestu dan Toto Sugiri.
Namun, ketika saham-saham konglomerat ini turun, IHSG pun kembali mengalami penurunan.
Turunnya IHSG mencerminkan kondisi ekonomi Indonesia yang tengah menghadapi beberapa tantangan, mulai dari penurunan surplus neraca perdagangan hingga ancaman meningkatnya utang luar negeri dan defisit anggaran yang makin mengkhawatirkan.
Neraca Perdagangan: Surplus Menurun
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mencatatkan surplus perdagangan sebesar USD 3,12 miliar pada Februari 2025, meskipun lebih rendah dibandingkan surplus Januari 2025 yang mencapai USD 3,45 miliar.
Surplus tersebut didorong oleh penurunan impor barang konsumsi yang semakin menandakan melemahnya daya beli masyarakat Indonesia.
Total impor barang konsumsi pada Februari 2025 tercatat hanya USD 1,47 miliar, turun signifikan dibandingkan tahun lalu.
Deflasi Sebelum Ramadan: Fenomena Tidak Biasa
Deflasi yang terjadi pada Februari 2025 juga menambah kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian Indonesia.
Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat turun 0,48% secara bulanan dan 0,09% secara tahunan.
Deflasi ini sangat mengejutkan karena biasanya menjelang Ramadan, permintaan akan barang-barang pokok justru meningkat, namun justru terjadi penurunan harga.
Komoditas penyebab deflasi antara lain tarif listrik, ayam ras, cabai merah, dan tomat.
Utang Pemerintah dan SRBI Jatuh Tempo
Pemerintah Indonesia kini menghadapi tantangan besar terkait utang jatuh tempo.
Pada 2025, utang pemerintah yang jatuh tempo diperkirakan mencapai Rp 800,33 triliun.
Sebagian besar utang ini berasal dari Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman.
Dalam waktu yang bersamaan, Surat Berharga Bank Indonesia (SRBI) juga mengalami jatuh tempo besar, dengan puncaknya terjadi pada Mei hingga Juli 2025, yang diperkirakan mencapai sekitar Rp 120 triliun per bulan.
Kondisi ini berpotensi meningkatkan arus keluar dana asing, yang dapat menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Pemerintah akan menghadapi tantangan besar dalam mengelola keuangan negara agar tidak terjadi krisis likuiditas.
Defisit APBN dan Penurunan Pendapatan Pajak
Data terbaru menunjukkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Februari 2025 mengalami defisit sebesar Rp 31,2 triliun, atau 0,13% dari PDB.
Pendapatan negara, terutama dari sektor pajak, mengalami penurunan signifikan, dengan penerimaan pajak tercatat anjlok hingga 30% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Penyebab penurunan ini di antaranya adalah masalah administrasi pajak yang terjadi sejak awal tahun, serta turunnya harga komoditas utama seperti minyak mentah, batu bara, dan nikel.
Utang Luar Negeri Meningkat
Bank Indonesia mencatatkan bahwa utang luar negeri Indonesia pada Januari 2025 mencapai USD 427,5 miliar, atau sekitar Rp 6.968 triliun.
Meski utang luar negeri sektor publik masih terkendali, namun utang luar negeri swasta mengalami penurunan sebesar 1,7% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Meski demikian, pengelolaan utang luar negeri sektor publik yang prudensial diharapkan dapat terus mendukung sektor-sektor prioritas pemerintah, seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Kondisi ekonomi Indonesia di awal 2025 tengah menghadapi tantangan yang cukup besar, dengan berbagai indikator ekonomi yang menunjukkan penurunan, baik di sektor perdagangan, inflasi, dan pendapatan negara.
Pasar saham dan ekonomi Indonesia perlu menghadapi tantangan besar, termasuk dalam hal utang jatuh tempo yang semakin meningkat.
Pemerintah perlu terus berhati-hati dalam mengelola defisit anggaran dan utang negara untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia ke depan.
(cb/a)
JAKARTA Pemerintah tengah menyiapkan peta jalan penggunaan etanol sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin hingga 10 perse
PemerintahanJAKARTA BARAT Polisi berhasil menggerebek pabrik ekstasi rumahan yang beroperasi di kawasan Kedoya Utara, Jakarta Barat. Dari lokasi, apa
Hukum dan KriminalBANDAR LAMPUNG Keluarga Aulia Rizky dan Indra Jayadi, pasangan korban penganiayaan yang terjadi pada Maret 2025, melaporkan oknum penyidi
Hukum dan KriminalKUTAI KARTANEGARA PT Pertamina EP (PEP) Sangasanga Field terus menegaskan komitmennya terhadap peningkatan kesehatan masyarakat melalui
PeristiwaJAKARTA Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan memastikan Indonesia akan menghentikan impor seluruh jenis garam mulai tahun 20
PemerintahanJAKARTA Pengguna aplikasi dompet digital DANA kini berkesempatan mendapatkan saldo gratis hingga ratusan ribu rupiah melalui fitur DANA K
PeristiwaJAKARTA Segelas air kelapa dingin tak hanya menyegarkan di tengah cuaca panas, tetapi juga menyimpan segudang manfaat kesehatan. adsense
KesehatanDENPASAR Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi air
PeristiwaJAKARTA Mahkamah Konstitusi (MK) menegaskan bahwa pengawasan penerapan sistem merit Aparatur Sipil Negara (ASN) harus dilakukan oleh lemb
PemerintahanJAKARTA Apple diperkirakan akan menunda peluncuran ponsel lipat pertamanya, yang diberi nama iPhone Fold, dari rencana awal tahun 2026 me
Sains & Teknologi