JAKARTA - Pemerintah Indonesia memastikan akan mulai mengimpor sejumlah komoditas energi dari Amerika Serikat (AS) sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tarif ekspor Indonesia ke AS yang turun menjadi 19 persen.
Kebijakan ini menjadi langkah strategis dalam mempererat hubungan perdagangan kedua negara.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, memberikan apresiasi tinggi atas peran Presiden Prabowo Subianto dalam proses negosiasi langsung dengan Presiden Donald Trump.
"Kami mengapresiasi negosiasi yang dilakukan Bapak Presiden Prabowo yang langsung berkomunikasi dengan Presiden Trump, ini merupakan kemampuan negosiasi di atas rata-rata," ungkap Bahlil saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/7/2025).
Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia akan mengimpor beberapa komoditas energi utama seperti liquefied petroleum gas (LPG), minyak mentah (crude oil), dan bahan bakar minyak (BBM). Nilai impor diperkirakan mencapai US$ 15 miliar atau sekitar Rp 244,3 triliun dengan kurs Rp 16.290 per dolar AS.
"Negosiasi mencakup proposal Indonesia untuk mengimpor komoditas senilai US$ 10-15 miliar, termasuk LPG, BBM, dan crude," jelas Bahlil.
Kementerian ESDM akan segera melakukan koordinasi dengan PT Pertamina (Persero) guna membahas teknis pelaksanaan impor tersebut.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan penurunan tarif impor produk Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen, menjadikan Indonesia negara pertama yang menyepakati tarif baru ini setelah surat resmi dari Trump tertanggal 7 Juli 2025.
Dengan kesepakatan ini, diharapkan hubungan dagang Indonesia-AS semakin menguat dan mendukung ketahanan energi nasional.
"Dengan proses deal negosiasi ini, kami dari ESDM sudah harus melakukan langkah-langkah untuk menindaklanjuti bersama Pertamina," pungkas Bahlil.*
(bs/j006)
Editor
: Justin Nova
Indonesia Mulai Impor Komoditas Energi dari Amerika Serikat, Nilai Rp 244 Triliun