Aktris Zaskia Adya Mecca membagikan pengalaman menegangkan saat dirinya berangkat ke Mesir untuk mengikuti gerakan solidaritas Global March to Gaza. (foto: tangkapan layar ig zaskiadyamecca)
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
JAKARTA– Aktris Zaskia Adya Mecca belum lama ini membagikan pengalaman menegangkan saat dirinya berangkat ke Mesir untuk mengikuti gerakan solidaritas Global March to Gaza.
Bersama sejumlah tokoh publik seperti Ratna Galih dan Wanda Hamidah, Zaskia turut bergabung dalam aksi jalan kaki sejauh 50 kilometer yang bertujuan menyerukan pembukaan blokade terhadap akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Lewat unggahan di akun Instagram pribadinya, @zaskiadyamecca, istri sutradara Hanung Bramantyo ini menceritakan berbagai tantangan yang dihadapinya sejak tiba di Kairo.
Ia bergabung dalam rombongan berjumlah 10 orang yang terdaftar di bawah kontingen Malaysia, karena keterlambatan pendaftaran atas nama perwakilan Indonesia.
Meskipun aksi ini bersifat damai, Zaskia tidak menampik bahwa risikonya cukup tinggi.
Salah satu momen paling menegangkan terjadi di bandara Kairo, di mana ia menyaksikan sejumlah peserta dari negara lain, terutama dari Eropa, dideportasi oleh otoritas Mesir.
"Ketika masuk Cairo, situasi memang terasa sangat berbeda. Di airport, aku melihat teman-teman dari negara lain di deportasi," tulisnya, Minggu (15/6/2025).
Meski berhasil lolos dari deportasi, situasi memburuk saat panitia Global March to Gaza gagal mencapai kesepakatan dengan pemerintah Mesir.
Akibatnya, seluruh peserta aksi dinyatakan ilegal dan berisiko ditangkap.
"Pagi hari keluar pernyataan panitia kalau kesepakatan tidak terjadi, peserta long march dianggap ilegal dan polisi berhak menangkap para peserta," tulisnya.
Ketegangan semakin memuncak ketika tiga mobil polisi mendatangi hotel tempat mereka menginap.
Beberapa peserta asing bahkan sempat dibawa paksa oleh aparat.
Untuk menghindari hal serupa, rombongan Zaskia memutuskan pindah ke hotel bintang lima dengan harapan keamanan lebih terjaga dan pengawasan lebih longgar.
Namun harapan itu pupus. Mereka tetap diawasi ketat oleh aparat dan intelijen, bahkan sempat mendapat tatapan curiga dari staf hotel.
"Tatapan marah juga curiga dari semua staff hotel. Seolah-olah kami semua tahanan," ungkapnya.
Demi mengurangi kecurigaan, Zaskia dan rombongan memilih untuk berperan sebagai turis.
Mereka menyewa kapal milik hotel dan bersikap seolah tengah berlibur.
Di momen itu, Zaskia menyempatkan diri merenung tentang perjuangan rakyat Palestina.
"Dari pagi kami mengalami tekanan seperti ini aja rasanya lelah luar biasa, entah kekuatan sebesar apa yang dimiliki saudara-saudara kita di Palestina," tulis ibu enam anak itu.
Meski gagal mengikuti long march sepenuhnya, Zaskia menegaskan bahwa keberangkatannya bukan untuk mencari perhatian, melainkan bentuk solidaritas kemanusiaan.
"Perjalanan ini bukan soal diriku, bukan untuk mencari panggung, tapi untuk menunjukan solidaritas kemanusiaan. Berkumpul dengan perwakilan seluruh dunia, berharap saudara kita di Gaza mendengar berita ini," kata Zaskia dalam unggahan terbarunya, Senin (16/6/2025).
Zaskia juga menegaskan bahwa seluruh biaya perjalanan ditanggung sendiri dan semua dokumen legal telah dipersiapkan dengan matang.
Ia terus berkoordinasi dengan KBRI di Kairo dan tidak mengambil langkah gegabah yang berpotensi menyusahkan negara.
Dalam pernyataan penutupnya, Zaskia mengatakan bahwa keikutsertaannya adalah bagian dari edukasi nilai perjuangan untuk anak-anaknya.
"Aku hanya bisa menjelaskan bahwa ku perempuan, seorang Ibu 6 anak, yang sedang menunjukan kepada anak-anakku cara berjuang semampu kita, dan berharap dunia menjadi lebih baik untuk mereka hidup kelak," pungkasnya.*