Sudah dua tahun terakhir, Syamsurizal merasakan pahitnya hidup akibat kejamnya perlakuan oknum-oknum Kodam I/BB. Sama sekali tidak punya penghasilan, sehingga harus banting stir menjadi tukang masak di rumah makan.
Ia juga sudah menjual apa saja barang miliknya yang tersisa demi menutupi kelangsungan kehidupan keluarganya. Rumahnya senilai Rp 1,7 miliar, sudah sempat ia jual untuk tambahan modal pengelolaan lapangan golf dimaksud.
Syamsurizal dan keluarganya sempat tinggal di rumah kontrakan. Tapi, ia dan keluarga diusir pemilik rumah karena tak mampu bayar uang kontrakan. Saat ini, Syamsurizal menumpang di rumah anaknya. Sementara istrinya menetap di rumah keluarganya.
Mengingat sulitnya kehidupan ekonomi Syamsurizal saat ini, H Rismansyah Siregar berharap agar Kodam I/BB membuka hati untuk menyelesaikan masalah pengembalian kompensasi investasi yang dikeluarkan oleh Syamsurizal tersebut.
Menurut Risman Siregar, apa yang menjadi harapan Syamsurizal, bukanlah hal yang berlebihan. Karena lapangan golf yang tadinya terbengkalai, kini sudah dikunjungi banyak orang (golfer) dan menghasilkan banyak uang.
Sejak awal Syamsurizal menginginkan penyelesaian masalah ini secara kekeluargaan. Atas kesepakatan dengan Kodam I/BB melalui pertemuan dengan Aslog Kol Inf Ato Sudiatna, Syamsurizal mencabut kuasanya dari penasihat hukum.
"Pencabutan kuasa dari penasihat hukum itu, menjadi bukti bahwa Syamsurizal memang tidak ingin persoalan ini melebar hingga ke proses hukum. Syamsurizal memang berharap agar masalah ini diselesaikan secara damai dan kekeluargaan," jelas Rismansyah.
Selanjutnya dalam pertemuan yang difasilitasi Kasdam Brighen TNI Refrizal, pada 11 September 2024 atas restu Kasdam, disetujui bantuan operasional Syamsurizal setiap bulan.
Kasdam menginstruksikan Aslog untuk segera merealisasikannya sebelum adanya investor baru. Oleh Aslog bantuan diberikan Rp 3 juta setiap bulan. Tetapi bantuan yang berjalan 6 bulan, dihentikan Aslog sejak Mei 2025, tanpa alasan yang jelas.*