DEPOK -Terapi sel punca (stem cell) kini menjadi harapan baru dalam dunia medis untuk membantu penyembuhan pasien HIV.
Beberapa penelitian dan kasus menunjukkan bahwa terapi ini mampu memberikan remisi jangka panjang, bahkan potensi penyembuhan, meskipun masih memerlukan kajian lebih dalam.
Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi Konsultan Tulang Belakang, Dr. dr. Rahyussalim Sp.OT (K), mengungkapkan bahwa terapi stem cell menunjukkan angka keberhasilan yang menjanjikan.
Berdasarkan pengamatannya, tingkat kesembuhan pasien HIV yang mendapatkan terapi ini bisa mencapai lebih dari 85 persen.
"HIV persoalannya kan nanti ada distorsi otot, sendinya, tulangnya, kerusakan di kulit, dan sebagainya. Pasca HIV-nya, virusnya sudah mati, defek-defeknya ini kita bisa regenerate dengan stem cell," ujarnya saat ditemui di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Depok, Jawa Barat, Selasa (29/4/2025).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa stem cell tidak hanya menyerang virusnya, tetapi juga membantu regenerasi dan perbaikan jaringan tubuh yang rusak akibat infeksi HIV.
Hal ini mencakup kerusakan pada otot, tulang, sendi, hingga kulit.
"Inilah nanti peran regenerasinya, repairing-nya, rejuvenate-nya, kemudian repair-nya. Itu bisa dikembalikan dengan pemberian stem cell. Kita sangat optimis, mungkin bisa di atas 80-85 persen," tambahnya.
Namun, pemberian terapi ini tidak dilakukan secara seragam.
Dr. Rahyussalim menekankan bahwa kebutuhan terapi tergantung pada tingkat kerusakan tubuh pasien.
Jika kerusakannya parah, maka terapi dilakukan bertahap. Jika ringan, cukup satu kali.
"Kalau rusaknya berat tentu dia akan diberikan berkali-kali, kalau rusaknya ringan ya cukup dengan satu kali," jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya penelitian lanjutan untuk memetakan efektivitas dan metode pemberian terapi stem cell yang ideal untuk pasien HIV.
Menurutnya, hal ini akan menjadi tantangan penting bagi para peneliti dan institusi medis di Indonesia, termasuk di lingkungan FKUI dan RSUI.*