JAKARTA -Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 diperingati dengan tema "Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu Untuk Semua", yang menjadi ajakan reflektif bagi seluruh masyarakat untuk menengok kembali perjuangan tokoh-tokoh pendidikan Indonesia yang telah meletakkan fondasi kokoh bagi kemajuan pendidikan bangsa.
Pendidikan bukan hanya soal ruang kelas, kurikulum, atau ijazah. Pendidikan adalah perjuangan panjang penuh idealisme, pengorbanan, dan dedikasi, yang ditanamkan oleh para tokoh yang memperjuangkan hak belajar bagi seluruh rakyat Indonesia—tanpa memandang kelas sosial, gender, maupun latar belakang ekonomi.
Dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar mendirikan Taman Siswa pada 1922, membuka akses pendidikan untuk rakyat jelata di masa kolonial. Falsafahnya "Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" menjadi dasar pembelajaran di Indonesia. Tanggal lahirnya, 2 Mei, diperingati sebagai Hardiknas.
Pejuang emansipasi perempuan ini menyerukan pentingnya pendidikan bagi perempuan pribumi melalui tulisan dan aksi. Ia mendirikan sekolah perempuan di Jepara dan menjadi pelopor kesetaraan pendidikan bagi semua gender.
Ki Sarmidi Mangunsarkoro
Menteri Pendidikan RI (1949–1950) ini memperjuangkan kurikulum yang mencerminkan kebudayaan nasional dan semangat kebangsaan. Ia juga aktif membangun sekolah rakyat untuk memperluas akses pendidikan pascakemerdekaan.
Buya Hamka
Ulama, cendekiawan, dan penulis ini memadukan ilmu agama dan pemikiran modern, serta menekankan pentingnya karakter dalam pendidikan. Ia menunjukkan bahwa pendidikan juga bisa ditempuh melalui dakwah, karya sastra, dan pembinaan moral.