AS -Pemilihan Presiden Amerika Serikat (pilpres AS) pada 5 November 2024 menyajikan pertarungan sengit antara calon dari Partai Republik, Donald Trump, dan calon dari Partai Demokrat, Kamala Harris. Kedua kandidat ini memiliki peluang untuk meraih jumlah suara yang sangat ketat, bahkan mungkin berakhir dalam sebuah seri yang jarang terjadi dalam sejarah pemilihan AS. Meskipun hal ini tergolong kecil kemungkinannya, skenario pilpres yang berakhir dengan hasil seri tetap menjadi kemungkinan yang tidak bisa diabaikan, mengingat sistem electoral college yang menentukan siapa yang akan menduduki Gedung Putih.
Sistem Electoral College yang Menentukan Kemenangan
Proses pemilihan presiden di AS menggunakan sistem electoral college, yang berbeda dari sistem suara langsung yang berlaku di banyak negara lain. Dalam sistem ini, setiap negara bagian diberi sejumlah suara elektoral yang bervariasi, berdasarkan jumlah anggota DPR dan Senator dari negara bagian tersebut. Total suara elektoral di AS adalah 538, dan untuk memenangkan pemilihan, kandidat presiden harus memperoleh mayoritas suara elektoral, yaitu setidaknya 270 suara.
Namun, hal yang menarik adalah kemungkinan terjadinya seri, di mana kedua kandidat memperoleh jumlah suara elektoral yang sama. Dalam hal ini, baik Trump maupun Harris bisa memperoleh 269 suara elektoral, yang berarti tidak ada satu pun kandidat yang mencapai angka 270 suara yang dibutuhkan untuk menang.
Sejarah mencatat bahwa hasil pilpres AS pernah berakhir seri dua kali, yakni pada 1800 dan 1824. Pada pilpres 1800, Thomas Jefferson dari Partai Demokrat-Republik bersaing dengan petahana Presiden John Adams dari Partai Federalis. Pada masa itu, setiap pemilih (elektor) memberikan dua suara tanpa memilih secara terpisah antara presiden dan wakil presiden. Hasilnya, Jefferson dan calon wakil presiden Aaron Burr masing-masing memperoleh jumlah suara yang sama, sehingga pemilihan presiden akhirnya diputuskan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS. Pemilihan tersebut menegangkan dan hampir memicu konflik militer, sehingga menjadi salah satu momen yang penting dalam sejarah politik AS.
Pada pilpres 1824, hasilnya juga berakhir seri antara John Quincy Adams dan Andrew Jackson. Karena tidak ada satu pun kandidat yang memperoleh mayoritas suara elektoral, keputusan akhirnya kembali diserahkan kepada DPR AS. Pada akhirnya, John Quincy Adams terpilih menjadi presiden meski Jackson memperoleh lebih banyak suara rakyat. Kejadian-kejadian ini mendorong pengesahan Amandemen ke-12 pada 1804, yang mengubah cara pemilihan presiden dan wakil presiden untuk menghindari kebuntuan seperti ini.
Meskipun peluang hasil pilpres 2024 berakhir seri tergolong kecil, sejumlah kalkulasi dan hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa hal itu bukanlah skenario yang mustahil. Secara teoritis, jika Trump berhasil memenangkan negara-negara kunci seperti Pennsylvania dan Georgia, sementara Harris memenangkan negara bagian seperti Wisconsin, Michigan, Arizona, dan Nevada, keduanya bisa saja berakhir dengan 269 suara elektoral.
Namun, ada skenario lain yang lebih tidak mungkin, yaitu jika Harris memenangkan seluruh negara bagian yang dimenangkan oleh Joe Biden pada 2020, ditambah North Carolina yang secara tradisional lebih condong ke Partai Republik. Jika Trump kemudian dapat merebut kembali Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin, serta memenangkan Nevada, hasilnya bisa menjadi seri 269-269.
Dampak Kebuntuan dalam Pemilihan Presiden
Jika hasil pilpres AS benar-benar berakhir seri, maka proses pemilihan presiden akan berlanjut ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS. Berdasarkan Amandemen ke-12, DPR AS memiliki wewenang untuk memilih presiden dari dua kandidat dengan jumlah suara elektoral terbanyak, dengan aturan bahwa setiap negara bagian hanya memiliki satu suara di DPR. Untuk menang, salah satu kandidat harus memperoleh mayoritas suara dari negara bagian yang ada. Pada skenario ini, DPR perlu memutuskan siapa yang akan menjadi presiden, dan pemilihan ini membutuhkan mayoritas sederhana dari 26 negara bagian.
Tentu saja, hal ini akan memunculkan dilema besar bagi anggota kongres yang baru dilantik. Mereka akan menghadapi tekanan besar untuk memilih antara mendukung kandidat dari partai mereka atau memilih kandidat yang mendapatkan suara terbanyak di negara bagian mereka. Sebuah keputusan yang sangat politis, dan bisa memecah belah negara.
Peran Senat dalam Pemilihan Wakil Presiden
Selain pemilihan presiden yang akan ditentukan oleh DPR jika terjadi kebuntuan, ada juga mekanisme di Senat untuk memilih wakil presiden jika tidak ada kandidat presiden yang terpilih. Menurut Amandemen ke-12, jika tidak ada mayoritas dalam pemilihan presiden, Senat AS akan memilih wakil presiden dari dua kandidat dengan jumlah suara elektoral terbanyak. Setiap senator akan memiliki satu suara, sehingga hasilnya akan ditentukan berdasarkan mayoritas suara senator.
Jika pemilihan presiden berakhir tanpa keputusan pada hari pelantikan (20 Januari), wakil presiden yang baru terpilih akan bertindak sebagai penjabat presiden. Ini adalah skenario yang sangat tidak diinginkan oleh banyak pihak di AS, karena akan menciptakan ketidakpastian politik yang sangat besar.
Potensi Kesepakatan Bersama
Skenario yang lebih jarang dibicarakan, namun sangat mungkin, adalah ada N GGGnya kesepakatan bersama antara kedua pihak. Misalnya, presiden berasal dari Partai Republik dan wakil presiden berasal dari Partai Demokrat, atau sebaliknya. Skenario seperti ini sangat tergantung pada hasil keputusan DPR dan Senat, serta adanya konsensus di antara para pemimpin partai. Sebuah kesepakatan politik seperti ini bisa saja tercapai untuk menghindari ketegangan yang lebih besar.
Meskipun skenario seri dalam Pilpres AS 2024 kecil kemungkinannya, hal itu tetap menjadi kemungkinan yang perlu dipertimbangkan, mengingat sistem electoral college yang digunakan untuk menentukan hasil pemilihan presiden. Jika kedua kandidat, Donald Trump dan Kamala Harris, benar-benar memperoleh 269 suara elektoral masing-masing, maka keputusan akhir akan berada di tangan DPR dan Senat AS. Proses tersebut akan menjadi sejarah baru bagi demokrasi Amerika, dengan dampak yang sangat besar bagi politik domestik dan internasional. Seperti biasa, ketidakpastian politik ini akan terus memantau perkembangan pilpres AS hingga hasil akhirnya diumumkan.
(N/014)
Pilpres AS 2024: Kamala Harris vs Donald Trump, Apa Yang Terjadi Jika Pemilihan Berakhir Seri?