BREAKING NEWS
Rabu, 23 Juli 2025

Shohibul Anshor Siregar: Penunjukan Prabowo di PSSI Pertanda Suram Masa Depan Sepak Bola Indonesia

Abyadi Siregar - Kamis, 05 Juni 2025 07:40 WIB
478 view
Shohibul Anshor Siregar: Penunjukan Prabowo di PSSI Pertanda Suram Masa Depan Sepak Bola Indonesia
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto (kanan) dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir (kiri).
Berita Terkini, Eksklusif di Saluran WhatsApp bitvonline.com
+ Gabung

MEDAN — Penunjukan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, sebagai Dewan Kehormatan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam Kongres Biasa PSSI 2025 menuai kritik tajam.

Salah satu suara kritis datang dari Shohibul Anshor Siregar, pengamat politik dan masyarakat sipil, yang menyebut penunjukan ini sebagai bentuk pelembagaan hubungan tak sehat antara kekuasaan dan olahraga nasional.

"Presiden tidak semestinya terlibat dalam struktur pengurus olahraga mana pun, apalagi pada saat menjabat. Ini bukan soal legalitas, tapi soal etika kenegaraan. Langkah ini memperlihatkan simbolisme yang keliru dan berpotensi memperburuk tata kelola sepak bola nasional," ujar Siregar saat diwawancarai, Kamis (5/6).

Ia menilai bahwa penunjukan kepala negara ke dalam struktur PSSI bukan solusi atas problem mendasar yang sudah menahun dalam tubuh sepak bola Indonesia.

Sebaliknya, ini justru menjadi "penguatan citra bahwa sepak bola adalah alat politik, bukan ruang prestasi."

Indonesia Pernah Jaya, Kini Tertinggal Jauh

Siregar mengingatkan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam prestasi sepak bola.

Timnas Indonesia pernah menahan imbang Uni Soviet 0-0 dalam perempat final Olimpiade Melbourne 1956, serta meraih medali perunggu di Asian Games 1958.

"Kita pernah menorehkan prestasi membanggakan saat sepak bola dikelola secara jujur dan berorientasi pada pembinaan," katanya.

Namun, sejak dekade 1990-an, prestasi Indonesia menurun drastis. Bahkan di kawasan Asia Tenggara, Indonesia kini tertinggal dari negara-negara seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

Vietnam berhasil mencapai babak 8 besar Piala Asia U-23 tahun 2024, sedangkan Thailand pernah dua kali tampil di Piala Dunia U-17, yakni tahun 1997 dan 1999.

"Saat negara lain fokus pada pengembangan akar rumput dan profesionalisasi liga, kita malah sibuk menjadikan PSSI ajang perpanjangan tangan politik. Ini ironi besar," tegas Siregar.

Kritik terhadap Kegagalan Struktural Sepak Bola Nasional

Siregar membeberkan sejumlah akar masalah yang membuat Indonesia terus gagal membangun sepak bola secara berkelanjutan:

• Minimnya pembinaan usia dini secara nasional dan merata

• Pengelolaan liga yang belum profesional

• Ketiadaan sistem kompetisi usia muda yang terintegrasi

• Infrastruktur yang tidak memadai, terutama di luar Pulau Jawa

• Tidak adanya transparansi dalam pengelolaan anggaran dan sponsor

Ia menambahkan bahwa PSSI selama ini kerap mengganti pengurus, tapi tidak menyentuh reformasi mendasar.

"Yang diganti hanya wajah, bukan sistem. Akibatnya, stagnasi terus berlangsung. Kita tidak punya visi jangka panjang, hanya sibuk mengejar hasil jangka pendek," katanya.

Desakan untuk Reformasi Nyata

Siregar menyerukan agar momentum ini menjadi titik balik untuk menuntut reformasi struktural dalam sepak bola Indonesia.

Ia menyebut sejumlah langkah yang mendesak dilakukan:

1. Pemisahan tegas antara kekuasaan politik dan organisasi olahraga

2. Penguatan sistem pembinaan dari tingkat sekolah dan daerah

3. Reformasi tata kelola keuangan PSSI secara transparan dan akuntabel

4. Penguatan liga lokal yang kompetitif dan terstruktur dari akar rumput

"Jika pemerintah ingin terlibat, biarlah dalam bentuk regulasi dan fasilitas. Tapi jangan duduk di kursi kehormatan yang justru membebani makna moral sebuah jabatan publik," pungkasnya.*

Editor
: Adelia Syafitri
Tags
komentar
beritaTerbaru